Hipere, Sandaran Masyarakat Pegunungan Papua

Berbekal sebilah linggis, Opo Heselo menyisir ladang ubi jalar di belakang kediaman saudaranya. Melihat sekilas bagian batang yang terbesar, ia membuka tanah dengan linggis. Tangannya meraba, dan mengeluarkan umbi seukuran kepalan tangannya.

Umbi yang dipanen dikumpulkan di dekat kakinya. Ia melanjutkan mencari di petak lainnya. “Masih muda, jadi tidak banyak yang besar,” katanya sembari terus mencari ubi, Jumat (19/11/2021) siang di Wamena, Jayawijaya, Papua. “Ubi mau dipakai bakar batu ini,” kata dia, menambahkan.

Berjarak 20 langkah darinya, sejumlah pria sibuk mengangkat batu. Batu itu nantinya menjadi media masak.

Batu-batu itu disusun membentuk persegi. Di atas lapisan batu pertama ditumpuk dengan potongan-potongan kayu bakar. Sementara itu, di atas lapisan batu pertama dan kayu bakar kembali ditumpuk dengan batu membentuk persegi setinggi sekitar 30 centimeter.

Kompas/Bahana Patria Gupta
Warga membesihkan ladang ubi di Kampung Jagara, Distrik Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Selasa (16/11/2022). Berbagai varietas ubi lokal ditaman warga seperti helaleke, yeleli, dan musaneken.

Lapisan batu dan kayu itu kemudian dibakar. Api yang sudah menyala kemudian ditutup dengan dedaunan dari pohon cemara. Daun cemara yang berada di lapisan atas menghalangi nyala api sehingga hanya asap yang tampak membumbung tinggi.

“Ini sengaja ditutup biar panas apinya tidak keluar. Batu-batu ini akan siap digunakan ketika ada yang meledak. Artinya batu-batu itu sudah panas,” ucap Heselo.

Selain memanaskan batu, Heselo dan para kerabatnya juga menggali sebuah lubang dengan kedalaman sekitar 30 sentimeter, persis di samping lapisan batu dan kayu itu. Lubang itu bakal menjadi wadah untuk membakar ubi jalar, sayur-sayuran, dan daging ayam.

Setelah sekitar satu jam, batu yang telah panas itu dimasukkan ke dalam lubang menggunakan alat penjepit dari kayu. Alat itu dalam bahasa lokal disebut hapa.

Rekomendasi artikel pilihan
Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.
Kerabat Kerja
Penulis
Stefanus Ato, Saiful Rijal Yunus
Foto Kover
Agus Susanto
Foto-foto
Bahana Patria Gupta
Infografik
Tiurma Clarajessica
Produser
Prasetyo Eko P
Desainer
Ria Chandra, Charlie Aditya Sebastian, Farida Wiryandani, Maria Karina Putri
Pengembang
Deny Ramanda, Rino Dwi Cahyo, Frans Yakobus Suryapradipta, Yosef Yudha Wijaya, Christian Teguh, Hanasya Shabrina, Azkiya Hanna Rofifah