Kurma identik dengan bulan Ramadhan. Tak heran, karena di Tanah Air makanan ini memang paling sering dijumpai sebagai salah satu menu hidangan berbuka puasa. Kenapa harus kurma? Apa yang ada di dalamnya sehingga bagus dikonsumsi?
Sebenarnya kurma sudah menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat zaman dulu sebagai sumber energi yang diyakini menguatkan tubuh. Kurma juga dimaknai sebagai suatu anugerah dan berkat untuk bertahan hidup.
Selama ini, si kecil berwarna cokelat itu lebih dikenal sebagai teman berbuka puasa. Mengonsumsi beberapa butir kurma dan minuman manis hangat mampu segera memulihkan stamina tubuh setelah seharian berpuasa.
Dalam sejumlah hidangan pencuci mulut, kurma dipadukan dengan yoghurt dan kacang-kacangan. Kurma juga bisa dikonsumsi dengan cara menyisipkan krim keju pada bagian tengahnya.
Sebetulnya, eksistensi kurma tak sebatas itu. Mereka yang bermukim di padang pasir memanfaatkan hampir semua bagian pohon kurma untuk bertahan hidup, terutama bagian buahnya. Kurma dianggap sebagai tanaman tangguh karena dapat tumbuh dalam kondisi panas dan minim curah hujan.
Kurma ternyata juga turut berkontribusi dalam perkembangan peradaban Sumeria yang muncul sejak 4000 Sebelum Masehi dan Babilonia seperti termuat dalam buku A History of Food New Expanded Edition (2009) karya Maguelonne Toussaint-Samat.
Dalam pandangan Bangsa Ibrani, kurma merupakan simbol keadilan yang dilimpahi berkat Ilahi. Adapun, Bangsa Sumeria dan Babilonia mensyukuri kehadiran kurma, sehingga menyebutnya sebagai pohon suci. Bangsa Mesir pun menjuluki pohon itu sebagai pohon kehidupan, tempat tinggal, dan kemakmuran.