AI Kian Mirip Manusia, Kawan atau Lawan?

Beberapa waktu lalu, dunia teknologi digemparkan dengan pernyataan seorang insinyur Google, yang mengklaim chatbot kecerdasan buatan (AI) perusahaan itu, LaMDA, memiliki kesadaran seperti seseorang (sentient) alias hidup. Namun, klaim itu langsung dibantah oleh Google dan insinyur bernama Blake Lemoine itu diberhentikan.

Beberapa ahli juga sangat skeptis terhadap klaim kesadaran tersebut, tetapi sifat dan ambisi manusia dapat dengan mudah membuat masalah tersebut kian membingungkan. LaMDA (Language Model for Dialogue Applications) adalah sistem yang sangat kuat yang menggunakan model dan dilatih dengan lebih dari 1,5 triliun kata untuk dapat meniru cara orang berkomunikasi dalam obrolan tertulis.

Sistem ini dibangun berdasarkan model yang mengamati bagaimana kata-kata berhubungan satu sama lain dan kemudian memprediksi kata apa yang menurutnya akan muncul berikutnya dalam sebuah kalimat atau paragraf, demikian menurut penjelasan Google. Kemudian, juga muncul chatbot AI ChatGPT, generator text-to-image Dall-E, dan lain-lain.

AFP/Lionel BONAVENTURE
Logo OpenAI dan ChatGPT.

Kecerdasan buatan generatif — di mana perangkat lunak membuat konten seperti teks atau gambar berdasarkan deskripsi — menimbulkan beberapa pertanyaan kompleks tentang etika ketika berkaitan, misalnya soal pendidikan, hak cipta, karya seni, bias ras, bias gender, dan lain sebagainya.

Terlepas dari pro dan kontra soal etika AI, perkembangan kecerdasan buatan memiliki potensi yang sangat luas. Pemanfaatan kecerdasan buatan sebenarnya telah dirasakan langsung publik, misalnya dalam sejumlah fitur atau beberapa aplikasi di ponsel cerdas yang kita pakai sehari-hari.

Sejumlah inovasi dalam kecerdasan buatan pun muncul, yang bisa diakses oleh publik dengan mudah dan bebas. Akhir tahun lalu, tepatnya November 2022, ditandai dengan kemunculan chatbot ChatGPT yang menggemparkan. ChatGPT adalah chatbot AI berbasis dialog, yang dapat memahami bahasa manusia dan dapat menghasilkan teks tertulis seperti manusia sebagai tanggapan.

ChatGPT telah menggemparkan internet karena orang-orang terpesona dengan kamampuan bot ini dalam merespons atau menjawab pertanyaan penggunanya. Beberapa pihak bahkan meramalkan ia akan menjadi pengganti mesin pencari Google karena mampu memberikan solusi untuk pertanyaan dan masalah yang rumit secara langsung.

ChatGPT dikembangkan oleh OpenAI, evolusi terbaru dari GPT atau Generative Pre-Trained Transformer, yang merupakan keluarga AI penghasil teks. Sistem yang dikendalikan Microsoft yang dapat menghasilkan paragraf teks mirip manusia berdasarkan apa yang dipelajarinya dari database digital dan tulisan online.