Alarm Rapuhnya Ekonomi Dunia

Wabah Covid-19 menihilkan capaian gemilang pertumbuhan ekonomi dunia dan arus perdagangan global. Dibutuhkan pandenomics atau ilmu ekonomi saat pandemi demi menyusun sistem perekonomian yang tahan krisis.

Guncangan perekonomian dunia sepanjang 2020 terjadi akibat pembatasan jarak fisik dan sosial yang menyebabkan angka pertumbuhan ekonomi meredup. Laporan IMF pada Januari 2021 memperkirakan, ekonomi global pada 2020 terkontraksi sebesar minus 3,5 persen.

Dibutuhkan pandenomics atau ilmu ekonomi saat pandemi demi menyusun sistem perekonomian yang tahan krisis.

Pertumbuhan ekonomi negara maju pada 2020 diproyeksikan terkontraksi minus 4,9 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi negara berkembang pada 2020 diproyeksikan minus 2,4 persen. Di kawasan regional, pertumbuhan ASEAN-5 juga diproyeksi terkontraksi minus 3,7 persen.

Demikian pula yang dialami Indonesia. Triwulan II, III, dan IV 2020 menjadi periode sulit dengan pertumbuhan ekonomi terkontraksi minus 5,32 persen, minus 3,49 persen, dan minus 2,19 persen (year on year).

kompas/hendra a setyawan
Pembangunan perumahan di kawasan Gunung Batu, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (26/4/2020). Pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi melambat, termasuk memukul sektor properti. Real Estat Indonesia (REI) menurunkan target pembangunan perumahan, baik subsidi maupun non-subsidi hingga 30 persen akibat kondisi ekonomi yang tak menentu.

Selain pertumbuhan yang negatif, pandemi juga meningkatkan pengangguran. Organisasi Buruh Internasional (ILO) melaporkan, 8,8 persen jam kerja global hilang atau setara dengan 255 juta pekerja penuh waktu.

Data ini empat kali lebih besar dari jumlah pekerjaan yang hilang saat krisis keuangan global 2009 dan menjadi krisis terparah di dunia kerja sejak Great Depression pada 1930. Sepanjang 2020, 114 juta pekerja kehilangan pekerjaan.

Di Indonesia, Kamar Dagang dan Industri Indonesia mencatat, hingga Juli 2020 lebih dari 6,4 juta pekerja terkena pemutusan hubungan kerja dan dirumahkan. Sektor perhotelan, restoran, alas kaki, ritel, farmasi, tekstil, dan transportasi darat menjadi penyumbang angka terbesar.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2020 melaporkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) 7,07 persen. Angka ini naik 1,84 persen dibandingkan Agustus 2019. Pemulihan sektor riil juga menghadapi tantangan dari ”perkembangan kemiskinan”.