Bisik Syahdu Anggrek Semeru

…Bunga ini memaniskan udara dengan wanginya. Kemudian pengabdiannya yang terakhir adalah untuk mempersembahkan dirinya sendiri padamu. (Gitanjali, Rabindranath Tagore)

Bagi Rabindranath Tagore, bunga bukan sekadar indah dan wanginya. Bunga, bagi penyair sekaligus filsuf India itu, adalah pembelajaran. Begitu juga makhluk lainnya.

Dari setiap mereka, tersimpan nilai-nilai. Sepertinya, itulah yang kini diperankan oleh anggrek hutan dari kawasan Bromo-Tengger-Semeru. Tanaman yang hidup di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (mdpl) hingga 1.500 mdpl tersebut bukan sekadar tentang keindahan alam, melainkan juga tentang pelajaran
kehidupan.

Akhir September 2020, di tengah gerimis tipis, kami berkesempatan mengunjungi Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Dengan keramahan seorang kawan, kami diantar seorang petugas dari Kantor Resort Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Pronojiwo menuju Taman Anggrek Resort Ranu Darungan.

Berikutnya, motor kami meliuk-liuk di jalan desa, melintasi kebun salak dan hutan kawasan TNBTS. Setelah melintasi wilayah permukiman warga, hanya tinggal pepohonan rimbun dan belukar yang kami temui di kanan-kiri jalan.

Suara cenggeret berpadu desau angin yang menerpa dedaunan, seakan mengiringi kami masuk ke dalam rimbun pepohonan. Setengah jam kemudian, sampailah kami di tujuan.

kompas/dahlia irawati
Suasana Taman Anggrek Ranu Darungan TNBTS, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (22/10/2020).

Taman anggrek tersebut menempati sebagian lahan kawasan hutan, tak jauh dari Ranu Darungan. Luas taman anggrek sekitar 3.600 meter persegi dan terlindungi oleh pagar besi. Sebuah penanda yang terpasang di depan pintu masuk, seolah menegaskan bahwa lokasi yang kami masuki memang benar taman anggrek.