Bambu, Rumput Raksasa nan Luwes

Keluwesan tanaman bambu sangat menakjubkan. Jika diperhatikan, hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan dalam kehidupan. Dibandingkan tanaman lainnya, jika ditanam pada kondisi tanah yang tepat, laju pertumbuhannya bisa mencapai puluhan sentimeter (cm) dalam satu hari.

Sebelum melanjutkan kisah bambu, sebaiknya kita tepis jauh-jauh tentang cerita klenik yang selalu diidentikan dengan bambu. Kira-kira begini pernyataan yang kerap didengar, ”Kamu gak boleh menebang batang bambu sembarangan, nanti penunggunya marah. Harus izin dulu!” atau ”Jangan masuk ke hutan, di sana banyak bambu. Jangan dekat-dekat ya, ada penunggunya loh.”

Tak hanya bambu, tetapi mitos itu juga disematkan pada pohon-pohon besar di hutan. Katanya, mereka yang menebang atau mengusik pohon tanpa izin akan mendapatkan musibah, misalnya demam, pusing, atau tidak bisa bergerak. Tak mudah mendapatkan jawaban tentang mitos sosok tak terlihat dengan keberadaan suatu pohon secara ilmiah.

Tanpa disadari, di balik sebuah mitos, ada maksud tertentu. Dalam studi berjudul ”Kearifan Lokal Masyarakat dalam Menjaga Kelestarian Hutan dan Mengelola Mata Air di Desa Watowara, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur” (2020), mitos yang diturunkan dari leluhur merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dalam menjaga keberlangsungan ekosistem hutan dan sumber mata air.

KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Sejumlah warga melintasi jembatan bambu di Desa Wolowea, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, Rabu (22/6/2022). Jembatan itu dibangun tanpa memakai paku, tetapi menggunakan pasak dan ijuk sebagai pengikat.

Nasihat dan larangan yang berkembang di Desa Watowara diteruskan kepada generasi selanjutnya. Tujuannya, menjadi pegangan mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ada sejumlah mitos yang berkembang di desa, antara lain mereka yang mencuri kayu pohon akan dihantui penunggu pohon, mereka yang buang air sembarangan di dalam hutan dan mata air Wailihang bakal mengalami sakit, dan mereka yang merusak lingkungan mata air akan hilang atau bingung mencari jalan pulang.

Dalam studi tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa kearifan lokal berperan penting terhadap kelestarian hutan dan sumber mata air. Masyarakat amat menghormati nasihat dan mitos dari para leluhur sehingga terjalinlah hubungan yang baik antara manusia dan alam sekitarnya, yakni mereka tidak kekurangan air, kebersihan sumber air terjaga, dan berkurangnya potensi bencana banjir atau erosi di sekitar desa.

Bayangkan jika mitos itu tidak digaungkan, mungkin saja sebagian orang akan nekat memasuki hutan dan menebang bambu/pohon seenaknya. Ini berpotensi merusak lingkungan jika tumbuhannya terus ditebang tanpa ada penanaman kembali. Cepat atau lambat di sekitar daerah itu bisa mengalami kesulitan air hingga terjadi bencana tanah longsor dan erosi. Lantas, apa hubungannya bambu, sumber air, dan bencana?

Di sejumlah daerah, bambu banyak ditanam sebagai penghijauan pada lahan kritis. Kemampuan akar bambu dalam menyerap air hujan ke dalam tanah amat menakjubkan. Kemudian, air ini disimpan di dalamnya. Tak heran jika tanaman bambu bisa menjadi petunjuk sumber mata air yang tersedia di wilayah tersebut. Adapun akar yang kokoh itu bisa menahan dan mencengkeram lapisan tanah sehingga terhindar dari longsor/erosi.