Bandeng Kecap, Meleburnya Tionghoa-Nusantara

Keberadaan pindang bandeng merupakan bukti meleburnya budaya kuliner Tionghoa dan Nusantara. Keberadaan menu olahan bandeng, termasuk pindang bandeng, merupakan wujud akulturasi melalui lidah dan meja makan.

Sepanjang pekan ini, sekitar 20 lapak darurat berdiri di pertigaan Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat. Lapak-lapak tersebut menjual ikan bandeng ukuran besar di atas 1 kilogram per ekor yang dibeli warga untuk menyambut tahun baru Imlek, yang jatuh pada Sabtu (25/1/2020) akhir pekan ini.

Keberadaan pindang bandeng, salah satu menu lokal di warung-warung Betawi di dekat Rawa Belong, merupakan salah satu bukti meleburnya budaya kuliner Tionghoa dan Nusantara. Keberadaan menu olahan bandeng, termasuk pindang bandeng, di kota-kota di pantai utara Jawa merupakan salah satu wujud akulturasi lewat lidah dan meja makan.

”Ini khusus jualan menjelang Imlek, yang beli campur ada orang Tionghoa dan juga orang Betawi. Sudah tradisi membelikan bandeng sebagai tanda menghormati orang yang lebih tua,” ujar Ali, warga Betawi, di kawasan Rawa Belong.

KOMPAS/SHARON PATRICIA
Penjual ikan Bandeng Imlek menjajakan bandeng dengan berat tiga kilogram sampai delapan kilogram per ekor di Jalan Rawa Belong, Jakarta Barat, Selasa (21/1/2020). Pasar dadakan setiap tahun sekali ini dimulai dari 20 sampai 25 Januari 2020.

Warga biasa berburu bandeng di Rawa Belong kurang dari enam hari sebelum hari-H. Menjelang hari Imlek, biasanya stok ikan bandeng ukuran besar sudah habis diborong pembeli yang berbelanja untuk kebutuhan perayaan Imlek pada keluarga Tionghoa atau kiriman bagi orangtua atau mertua di keluarga Betawi. Makin besar bandeng yang dikirim kepada mertua atau orangtua, menjadi tanda semakin besar bakti dan sayang anak atau menantu.

Cara memasak beragam jenis pindang dan aneka semur, seperti semur tahu dan semur jengkol, yang kaya dalam penggunaan kecap merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya yang diterima luas dalam keseharian kehidupan di Indonesia.

Peleburan budaya lewat makanan itu tetap dilestarikan oleh para pegiat budaya. Aji Chen Bromokusumo seorang anggota DPRD Tangerang Selatan yang juga penulis buku Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara. Sepanjang pekan ini, dia juga menyiapkan bahan masakan pindang bandeng dan ca rebung menu khas peranakan Tionghoa untuk menyambut Imlek.

Kompas/Soelastri Soekirno
Pindang Bandeng atau Nian Nian You Yu selalu ada dalam jamuan makan Imlek. Makanan tersebut bermakna setiap tahun ada “sisa” rejeki berlebih dan berharap bisnis, karir, kesejahteraan akan semakin baik dari tahun ke tahun.

”Ini khas budaya peranakan Tionghoa di Nusantara. Keberadaan ikan bandeng yang merupakan ikan payau sebagai hidangan dan sesaji tidak dikenal luas di China, apalagi di sebelah utara. Di Beijing, Shanghai, dan kota lain-lain di utara yang dihidangkan, ya, ikan laut. Ditambah lagi penggunaan kecap manis dalam membuat pindang bandeng. Kecap manis kental itu khas di dunia hanya ada di Pulau Jawa. Hasil akulturasi Tionghoa dan budaya Jawa, jadilah kecap manis yang manis dan lezat. Itu salah satu warisan Indonesia untuk tradisi kuliner dunia,” tutur Aji Chen yang selalu menggunakan kecap buatan Semarang ketika memasak berbagai hidangan.