Berbagai Komoditas Nusantara yang Beranjak Bersinar

Beberapa komoditas Nusantara tengah bersinar di pasar internasional. Mulai dari bumbu masak seperti andaliman, superfood seperti kelor, umbi hutan seperti porang, daun gelinggang atau ketepeng, hingga pinang yang tak sekadar untuk menyirih.

Rempah dari dataran tinggi Danau Toba, andaliman, kian diminati hingga ke luar negeri. Bumbu dari tanaman endemik Sumatera Utara ini tak lagi hanya digunakan untuk masakan tradisional Batak. Andaliman kini dipakai di restoran-restoran top di Eropa untuk bumbu makanan premium. Andaliman sangat diminati karena memberi cita rasa khas, yakni pedas dan menggigit serta meninggalkan rasa getir, kebas, dan kelu di lidah. Kini, berton-ton andaliman dikirim ke Eropa setiap tahun untuk membumbui berbagai jenis makanan, khususnya olahan daging di restoran-restoran premium.

Selain karena cita rasanya, andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) juga kian diminati karena dikemas dalam narasi yang sangat kuat. Tanaman itu tumbuh di lapisan tanah vulkanik hasil letusan dahsyat supervolcano Toba sekitar 74.000 tahun lalu, letusan gunung api terbesar dalam dua juta tahun terakhir yang mengubah kehidupan di Bumi.”Narasi seperti ini sangat kuat untuk mempromosikan produk. Semakin banyak koki kelas dunia yang menggunakan andaliman sebagai bumbu utama di makanan olahannya,” kata Kiki Andrea (40), eksportir andaliman dari Kabupaten Samosir, Senin (9/5/2022).

Kompas/Aryo Wisanggeni Genthong
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) adalah bumbu dasar yang menjadi pembeda utama citarasa masakan tradisional Batak. Perdu andaliman di daerah Toba dianggap sebagai andaliman terbaik, dengan rasa tajam dan aroma kuat.

Kiki mengatakan, pada tahun 2021, ia mengekspor 1,2 ton andaliman kering ke pembeli di Jerman. Pembeli itu, kata Kiki, lalu memasarkan andaliman ke hampir semua negara di Eropa. Sebagai bumbu masak, volume 1,2 ton tersebut sudah termasuk cukup besar. ”Para pembeli rempah dari Eropa menyebut andaliman The King of Spices, Raja Rempah. Andaliman dari dataran tinggi Danau Toba dihargai dengan nilai yang sangat tinggi,” imbuh Kiki.

Kompas/Aryo Wisanggeni Genthong
Batakolog Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nomensen, Sumatera Utara, Manguji Nababan, menunjukkan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) di Kampung Sosordolok, Desa Nagasaribu, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Andaliman adalah bumbu dasar yang menjadi pembeda utama citarasa masakan tradisional Batak.

Andaliman kering dengan kualitas terbaik dihargai di pasar ekspor sekitar 49 euro (sekitar Rp 753.000) per kilogram. Kiki mulai mengekspor andaliman sejak tahun 2016 setelah teknologi pengawetan andaliman mulai dilakukan dengan teknik pengeringan khusus sehingga tahan hingga satu tahun. Sebelumnya, andaliman hanya bertahan sekitar lima hari setelah dipanen.

Kompas/Adrian Fajriansyah
Pengusaha Sebastian Hutabarat (46) bersama usahanya Pizza Andaliman di warung Pizza Andaliman di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara, Jumat (17/4/2015).

Andaliman juga kini tidak lagi hanya diolah menjadi bumbu makanan. Intan Damanik, pengembang andaliman di Sumut, dalam beberapa tahun ini mengolah andaliman menjadi teh andaliman. Tahun ini, ia mulai mengekspor teh andaliman untuk diuji coba di sejumlah negara, seperti Timur Leste, Jepang, dan Belanda.

Kompas/Nikson SInaga
Pengusaha menunjukkan andaliman yang dijadikan teh pada acara pameran rempah dalam pencanangan Hari Rempah Nasional yang ditetapkan pada 11 Desember, di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Jumat (10/12/2021).