Bersenang-senang di Alam

Siapa bilang belajar tentang ilmu bumi harus dengan kening berkerut? Belajar tentang alam dan belajar di alam, sudah semestinya dilakoni penuh kegembiraan. Karena pada dasarnya, fitrah manusia adalah dekat dengan alam. Dan alam Kebumen menawarkan daya pikatnya yang luar biasa.

Di deretan Karangsambung-Karangbolong, tersimpan warisan geologi yang mengandung kekayaan pengetahuan. Kawasan yang sejak 2006 ditetapkan sebagai geopark atau taman bumi ini, jutaan tahun lalu merupakan dasar Samudra Hindia purba.

Warisan geologi yang lengkap di Geopark Karangsambung-Karangbolong menyimpan cerita dan pengetahuan menarik. Banyak peneliti dan akademisi mengkaji lokasi tempat bertemunya Lempeng Samudra Hindia-Australia dan Lempeng Benua Eurasia ini. Kawasan taman bumi Karangsambung-Karangbolong merupakan lantai dasar samudra purba yang tersibak ke permukaan dan punya beragam morfologi, mulai dari perbukitan, lembah, dataran, hingga pantai.

Kawasan taman bumi mencakup wilayah seluas 543.599 kilometer persegi yang tersebar di 117 desa di 12 kecamatan di Kebumen. Di geopark ini terdapat 59 situs utama yang terdiri dari 41 situs geologi (geosite), 8 situs biologi, dan 10 situs budaya. Karangsambung sampai Karangbolong memiliki enam periode sejarah geologi sejak 117 juta tahun lalu hingga sekarang. Kawasan iniĀ ditetapkan sebagai Geopark Nasional pada tahun 2018.

Untuk mengenal dan menimba pengetahuan tentang ilmu kebumian di wilayah ini bisa dilakukan melalui wisata minat khusus, seperti yang diselenggarakan biro wisata Milangkori di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, awal Agustus 2020. Sebanyak 25 peserta, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, berpartisipasi dalam Geofuntrip di Sungai Luk Ulo.

Perjalanan Geofuntrip dimulai di pelataran Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Peserta kemudian diajak mengenal batuan di dalam Museum Melange. Setelah itu, terjun menjelajah geosite filitĀ di bantaran Sungai Luk Ulo. Filit adalah batuan metamorf derajat rendah yang terbentuk pada suhu sekitar 150 derajat celsius.

Saat itu, tampak beberapa pekerja menggali bebatuan dan pasir untuk mencari butiran emas. Di area yang sama, peserta berlomba menemukan 18 jenis batuan di geosite filit. Berbekal contoh batuan yang sudah disusun para peneliti LIPI, mereka mengais-ngais dan memungut pecahan batu. Pecahan-pecahan itu lantas dicocokkan tekstur, warna, serta susunannya dengan contoh batu yang diberikan.