Pengelolaan sampah tengah mengalami lompatan bisnis. Sampah yang semula identik dengan kegiatan mencari nafkah para pemulung berubah menjadi bisnis komunitas masyarakat, bahkan melahirkan start-up (perusahaan rintisan), lengkap dengan dukungan teknologi.
Sejumlah komunitas dan start-up di bidang layanan persampahan sebenarnya telah muncul sejak satu dekade lalu. Jasa yang mereka tawarkan bervariasi dan cukup inovatif.
Pengelolaan sampah tengah mengalami lompatan bisnis.
Contohnya, sebuah perusahaan layanan pengangkutan sampah melalui aplikasi menawarkan layanan lengkap, mulai dari daur ulang sampah organik dan anorganik, pembuatan dan penjualan produk ramah lingkungan, hingga pengelolaan limbah elektronik. Ada juga perusahaan yang membuka jasa riset, inovasi, dan pelatihan pengelolaan sampah.
Litbang Kompas mengklasifikasi sejumlah layanan jasa persampahan yang ada di Indonesia. Untuk jasa pengangkutan sampah ada Waste4Change, Jakarta Recycle Centre, Beberes, Bulksource, Rekosistem, dan Rebest Indonesia. Jangkauannya ada yang masih seputar Jabodetabek, tetapi ada juga yang sudah menyebar ke sejumlah kota besar di Indonesia.
Ada pula perusahaan rintisan yang mengembangkan aplikasi pengelolaan sampah. Sampah dipilah lebih dulu oleh masyarakat. Penjemputan atau penyetorannya kepada penyedia layanan daur ulang sampah dilakukan via aplikasi. Sejumlah aplikasi juga menyediakan fitur konversi nilai sampah dengan uang yang bisa ditukarkan dengan token listrik, pulsa telepon, PDAM, BPJS, dan lainnya.
Dalam akun instagramnya, zerowaste.id mendokumentasikan beberapa aplikasi pengelola sampah di Indonesia. Di antaranya, MallSampah (Makassar), Angkuts (Pontianak), dan JuruSampah yang beroperasi di DI Yogyakarta. Aplikasi lainnya adalah Rekosistem (DKI Jakarta, Tangsel, Blitar, Cirebon, Bogor, Semarang), dan eRecycle (Jabodetabek).
Keberadaan aplikasi ini cukup membantu masyarakat yang sudah mempunyai kebiasaan memilah sampah. Pasalnya, hingga sekarang pemerintah belum mempunyai sistem pengangkutan dengan pemilahan sampah.