Christiaan Eijkman dalam Kiprah Dokter Bumiputera

Mengetahui kesulitan yang dihadapi Abdul Rivai, Christiaan Eijkman, Theodore van Deventer, dan Direktur STOVIA HF Roll meminta menteri pendidikan untuk mengubah aturan dan mengizinkan dokter Hindia menempuh pendidikan di Belanda.

Christiaan Eijkman (1858-1930), dokter militer Belanda, adalah sosok pejuang kemanusiaan dengan beragam warisan yang ditinggalkan bagi umat manusia dan juga Indonesia modern.

Christiaan Eijkman tidak saja meraih Hadiah Nobel bidang kesehatan di tahun 1929 karena berhasil menemukan penyebab penyakit beri-beri yang menjadi momok bagi umat manusia. Keberadaan Eijkman sebagai Direktur Sekolah Dokter Djawa dan dorongannya kepada para dokter muda Indonesia pada gilirannya melahirkan aktivis-aktivis dokter Indonesia modern di awal 1900-1930.

Hans Pols dalam buku Merawat Bangsa yang mencatat tentang aktivis kebangsaan modern di dunia yang lahir dari fakultas kedokteran tahun 1800-1900 mencatat, Christiaan Eijkman memberi dukungan bagi Abdul Rivai, dokter asli Minangkabau lulusan Sekolah Dokter Djawa, agar dapat bersekolah di Eropa. Abdul Rivai pada gilirannya menjadi aktivis parlemen era kolonial, yakni Volks Raad.

KITLV
Abdoel Rivai, sekitar tahun 1902 di Amsterdam.

Hans Pols menguraikan adanya tokoh-tokoh pergerakan yang merupakan mahasiswa kedokteran yang terus aktif menjadi pegiat politik kebangsaan di dunia menjelang dan pada abad ke-20, seperti dokter Jose Rizal di Filipina, dokter Sun Yat Sen di China, Che Guevara di Amerika Latin, Bashar al-Assad di Suriah, dan Mahathir Mohamad di Malaysia.

Di Indonesia yang masih disebut Hindia Belanda, keberadaan Sekolah Dokter Djawa yang semula hanya memberikan pendidikan selama dua tahun bagi orang Jawa, yang kemudian diikuti suku bangsa lain, agar dapat menjadi mantri kesehatan ditingkatkan menjadi sekolah dokter. ”Sekolah ini berdiri sebelum STOVIA yang didirikan tahun 1902, yang sekarang menjadi Museum Kebangkitan Nasional. Sekolah Dokter Djawa semula berada di kompleks rumah sakit militer yang kini menjadi RSPAD Gatot Soebroto,” kata Hans Pols dalam teks telepon.

Sekolah Dokter Djawa yang berdiri tahun 1851-1901 kemudian dilanjutkan dengan Sekolah Dokter Bumiputra (STOVIA—School Ter Opleiding van Inlandsche Artsen) yang berdiri pada 1902-1913. Kemudian menjadi School ter Opleiding van Indische Artsen atau Sekolah Dokter Hindia pada kurun 1913-1933. Gedung STOVIA kini menjadi Museum Kebangkitan Nasional sebagai tempat kelahiran organisasi modern pertama, Boedi Oetomo.

Lembaga itu berlanjut menjadi Geneeskundige Hoogeschool (1927-1942) atau Sekolah Medis Batavia, yang kemudian di zaman pendudukan Jepang menjadi Ika Daigaku (1943-1945). Lembaga tersebut kemudian menjadi Pendidikan Tinggi Kedokteran (1945-1949) dan kini dikenal sebagai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1950-sekarang).

Nusantara = kuburan orang Eropa