Covid-19 dan Guncangan Finansial Klub Eropa

Covid-19 memberi pukulan telak bagi sisi finansial klub sepak bola di seluruh Eropa. Masa krisis itu diprediksi akan berjalan setidaknya hingga akhir 2021.

Tahun 2020 merupakan masa yang paling merana dalam sejarah industri sepak bola di Benua Eropa. Kehadiran Covid-19 di bulan Maret menjadi awal hadirnya ”gempa” bagi kondisi finansial klub-klub sepak bola ternama di muka bumi.

Sejumlah klub memang berhasil mencatatkan sejarah di atas lapangan hijau. Sebut saja, Bayern Muenchen yang meraih enam trofi selama 2020, Liverpool yang mampu mengakhiri puasa gelar Liga Inggris selama tiga dekade, Juventus yang memperpanjang dominasi dalam sembilan musim terakhir di Liga Italia, serta pragmatisme Real Madrid yang menjadi senjata ampuh untuk merebut kembali gelar Liga Spanyol dari tangan rival abadi, Barcelona.

Namun, seluruh klub besar Eropa, termasuk para juara tersebut, seakan mengalami gempa mahabesar yang mengguncang sisi finansial mereka. Apabila dalam satu dekade terakhir mayoritas klub Eropa mencatatkan kenaikan pendapatan setiap tahun, pada 2020, untuk pertama kalinya, dalam dua dekade terakhir, seluruh klub mengalami penurunan akumulasi pemasukan dari tahun 2019.

Pasalnya, Covid-19 telah menutup banyak ”pintu rezeki” klub akibat liga dijalankan tanpa penonton dan pelaksanaan musim 2019-2020 yang molor sekitar tiga bulan. Alhasil, klub harus menerima penurunan pendapatan dari tiket penonton, penjualan cendera mata, hingga hak siar.

Menurut laporan Deloitte Money League 2021, 20 klub terkaya di dunia mencatatkan akumulasi pendapatan sebesar 8,2 miliar euro atau sekitar Rp 138,9 triliun selama 2020. Jumlah itu menunjukkan adanya penurunan pendapatan klub dari tahun 2019 yang mencatatkan akumulasi pendapatan 9,3 miliar euro (Rp 157,5 triliun).

Secara umum, pendapatan 20 klub pada 2020 menurun 12 persen dibandingkan 2019. Pada 2019, 20 klub terkaya di dunia rata-rata meraih pendapatan 464 juta euro (Rp 7,85 triliun), sedangkan pada 2020 hanya meraih pendapatan sekitar 409 juta euro (Rp 6,92 triliun) per klub.

Tak terhindarkan