Sepanjang sejarah bangsa Rusia dan Eropa Timur modern, ada dua perang besar yang dialami, yakni serangan Napoleon Bonaparte tahun 1812 dan serangan Nazi Jerman tahun 1941. Salah satu titik lemah pertahanan Rusia adalah wilayah stepa Eurasia yang terbuka di Ukraina.
Wilayah Ukraina dengan stepa yang mahaluas dan lahan pertanian gandum, Sungai Dnieper yang bermuara di Laut Hitam, serta perairan Laut Hitam adalah salah satu pusat peradaban Rusia pada era Kerajaan Kievan Russ yang menghimpun bangsa Skandinavia dan Slavia (862-1242 Masehi).
Dalam buku Atlas of World History yang disusun Patrick K O’Brien dari Institut Riset Sejarah Universitas London disebutkan, cikal bakal bangsa-bangsa Slavia yang menjadi leluhur Kerajaan Kievan Russ hidup di dataran rendah subur di sekitar Sungai Vistula, Sungai Dniester, Sungai Bug, dan Sungai Dnieper pada abad ke-3 hingga abad ke-4 Masehi. Sungai Vistula hingga Sungai Dnieper itu menjadi daerah negara Polandia, Romania, dan Ukraina modern saat ini.
Seiring ekspansi bangsa Hun (375-450 Masehi) yang nomaden ke arah barat Eropa dari stepa Eropa Timur, bangsa Slavia ikut berkembang ke arah barat di wilayah bangsa-bangsa Jermania di dekat Sungai Danube dan Semenanjung Balkan.
Berbagai rumpun bangsa Slavia juga terus bergerak ke barat ke arah Sungai Elbe wilayah Jerman modern saat ini dan kemudian menduduki wilayah Moravia-Bohemia pada kisaran 550-600 Masehi.
Di wilayah barat dan tengah Eropa berkembang pada kurun 800-1000 Masehi kelompok-kelompok Slavia di Bohemia dengan pusat di Praha yang kemudian menjadi bangsa Czek dan rumpun Slavia di Moravia dengan kota-kota Nitra dan Mikulcice.
Lalu berkembang kota-kota kastil di Krakow, Posnan, Wolin di wilayah yang kini menjadi negara Polandia dengan rumpun Slavia Pomerania, Wislanian, Musovian, Slezanian, Opplanian, dan Pyryczanian. Sementara di dataran Sungai Elbe yang kemudian berhadapan langsung dengan bangsa-bangsa Jermania berkembang kelompok Slavia Wilzi, Abdrodites, Sorbs, dan Hevellian.