Daun gelinggang atau ketepeng sudah cukup lama menjadi komoditas ekspor pertanian dari Kalimantan Selatan. Negara tujuan ekspornya selama ini adalah Jepang. Namun, ekspor daun gelinggang cenderung stagnan karena pangsa pasar yang terbatas. Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel Birhasani mengatakan, daun gelinggang yang dikenal juga dengan nama daun senna (Cassia alata) sudah diekspor dari Kalsel ke Jepang sejak 2005. Namun, saat itu volume ekspornya masih kecil, yakni hanya sekitar setengah kontainer atau kurang dari 10 ton untuk sekali pengiriman.
Ekspor daun gelinggang baru mulai meningkat dan berjalan normal pada 2013. Sejak saat itu, eksportir dari Kalsel sudah bisa mengekspor 1-2 kontainer untuk sekali pengiriman dengan volume 16-26 ton. Ekspor daun gelinggang dilakukan secara rutin setiap bulan ataupun dua bulan sekali. ”Kontribusi daun gelinggang terhadap ekspor Kalsel masih sangat kecil, yakni tidak sampai 1 persen dari total nilai ekspor Kalsel. Itu karena pangsa pasarnya masih terbatas, yakni hanya ke Jepang,” kata Birhasani saat ditemui di Banjarmasin, Senin (9/5/2022).
Dinas Perdagangan Kalsel mencatat pada Maret 2022, ada pengiriman 26 ton daun gelinggang dari Kalsel ke Jepang, yaitu senilai 130.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,9 miliar. Sementara itu, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel mencatat, nilai ekspor barang asal Kalsel pada Maret 2022 mencapai 1,26 miliar dollar AS.
Berdasarkan kontribusinya terhadap total nilai ekspor, kelompok bahan bakar mineral memberikan kontribusi terbesar, yaitu 84,68 persen. Kemudian diikuti kelompok lemak dan minyak hewan/nabati (9,18 persen), kelompok kayu dan barang dari kayu (1,97 persen), kelompok logam mulia dan perhiasan/permata (1,79 persen), serta kelompok karet dan barang dari karet (1,32 persen).
Baca juga: Ekspor Daun Gelinggang dari Kalsel Bukukan Rp 2,5 Miliar pada Awal 2022
Menurut Birhasani, eksportir daun gelinggang di Kalsel juga hanya satu, yaitu PT Sarikaya Sega Utama, yang beralamat di Banjarbaru. Jauh sebelum mengekspor daun gelinggang, perusahaan tersebut telah mengekspor produk rotan ke Jepang.
Daun gelinggang yang diekspor diperoleh dari petani yang ada di Kalsel maupun Kalteng (Kalimantan Tengah). Para petani itu merupakan binaan dari eksportir. Dari petani, daun gelinggang dijual kepada pengumpul, kemudian pengumpul langsung menjualnya ke pabrik atau eksportir. ”Kami tidak ikut menentukan harga karena urusannya bisnis ke bisnis,” ujarnya.