Ramez Al-Masri (39) tepekur menatap lubang kawah sedalam 6 meter di depannya, di Beit Hanun, tidak jauh dari pos pemeriksaan Erez, antara Gaza Utara dan Israel. Kemarin, kawah besar itu masih berwujud bangunan rumahnya.
Kini, rumah yang ia bangun selama tiga tahun itu luluh lantak tak berbekas dihajar serangan udara Israel. Pekan lalu, pegawai pemerintahan Israel malam-malam menelepon, meminta Masri dan keluarganya segera mengungsi karena akan ada serangan udara dan rumahnya menjadi salah satu sasaran. Masri buru-buru membawa keluarganya berlindung ke klinik terdekat. Pagi harinya, rumahnya sudah lenyap.
Pagi, siang, malam, selama 11 hari penuh, serangan udara Israel tak henti-hentinya menghantam Gaza. Sebaliknya, roket Hamas pun gencar meluncur. Militer Israel mengaku semua serangan hanya bertujuan menghancurkan jaringan terowongan Hamas yang selama ini memudahkan pergerakan Hamas.
Konflik antara Israel dan kelompok Hamas akhirnya berhenti setelah keduanya sepakat gencatan senjata, Jumat (21/5/2021). Namun, kesepakatan itu terlambat bagi Masri. ”Perang ini belum berakhir. Masih akan begini terus,” kata Masri tertunduk.
Nasib keluarga Mohammad al-Mashharawi (31) sama saja. Sudah seminggu ini mereka mengungsi ke rumah pamannya. Begitu terdengar sirene tanda akan ada serangan, semua dokumen dan barang-barang berharga sudah siap di tangan dan mereka segera masuk ke ”ruang aman”.
Mashharawi dan keluarganya terpaksa tidur di tikar di dalam ruangan tanpa jendela. Di dekat pintu, ada tas berisi dokumen-dokumen penting, perhiasan, ponsel, laptop, dan baju-baju yang siap dibawa lari. ”Hidup kami penuh ketakutan. Tidak ada jaminan keselamatan sama sekali,” kata ayah tiga anak itu.
Akibat serangan, hanya dalam 11 hari, sedikitnya 16.800 rumah rusak dan hancur, 248 warga sipil tewas, dan 66 korban tewas di antaranya anak-anak. Lebih dari 1.900 orang, termasuk di antaranya 560 anak-anak, terluka. Sekitar 91.000 orang terpaksa mengungsi.
Di Gaza, enam rumah sakit dan sembilan pusat layanan kesehatan dasar rusak dihantam rudal Israel. Sementara Israel menyebutkan, ada 12 warga sipil tewas, 2 di antaranya anak-anak.
Militer Israel mengaku sudah berusaha menghindari korban warga sipil di Gaza. Sebelum melancarkan serangan, mereka memperingatkan warga yang perumahannya menjadi sasaran agar segera meninggalkan rumah. Kelompok Hamas pun mengaku demikian. Dari 4.070 roket yang ditembakkan ke arah Israel, sekitar 90 persen berhasil dicegat sistem pertahanan udara Israel.
Neraka di Bumi
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menggambarkan Gaza sebagai ”neraka di Bumi” bagi anak-anak. Konflik Israel-Hamas merusak infrastruktur sipil yang penting di Gaza, termasuk jaringan jalan, listrik, dan suplai air bersih.