Ledakan sumur minyak ilegal dalam sekejap mengubah wajah hutan negara di Batanghari, Jambi. Semburan api dan asap serta luapan minyak menghanguskan ribuan tanaman dan hidupan liar di sekitarnya. Ironisnya, hampir sepekan berlalu, kebakaran itu belum mampu diatasi.

”Kalau sudah musibah begini, semuanya (petambang) tiba-tiba menghilang?” ujar Luther Tarigan, anggota penjaga hutan yang tinggal di sekitar lokasi ledakan sumur tambang di Bajubang, Batanghari, Selasa (21/9/2021).

Ia menceritakan, Sabtu (18/9), sewaktu suara ledakan terdengar bertubi-tubi menjelang pukul 06.00 WIB, dirinya sedang menyeduh teh dan menyiapkan sarapan. Tak lama, ada teman berteriak kebakaran. Ia pun bergegas keluar. Dari kejauhan tampak asap hitam membubung tinggi.

Luther langsung melajukan motornya mendekati sumber asap. Setibanya di lokasi, ia dapati para pekerja tambang liar malah berlarian keluar hutan, bukannya membantu memadamkan.

KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Semburan api dan asap pekat membumbung tinggi ke udara, Selasa (21/9/2021), dalam areal kerja PT Agronusa Alam Sejahtera di Bajubang, Kabupaten Batanghari, Jambi. Tambang ilegal yang dikelola para petambang liar telah mencemari lingkungan dalam hutan negara.

Hingga sepekan berlalu, kebakaran belum terkendali. Pemadaman lewat udara (water bombing) oleh Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Jambi belum menampakkan hasil.

Hal itulah yang membuatnya sedih. Sebab, parahnya pencemaran yang terjadi semakin berlarut. Ribuan batang tanaman hangus terbakar. Ikan-ikan pun mati terpapar minyak yang menyembur dan menggenangi sepanjang permukaan sungai.

Saban hari, lanjutnya, minyak curian keluar dari lokasi sumur tambang yang dibangun ilegal dalam hutan itu. Hasil minyak dialirkan lewat pipa menuju bak penampungan. Para pekerja lalu memuatnya ke dalam jeriken kemudian melansirnya ke wadah penampungan di tepi-tepi jalan.