”Walaupun jauh enggak masalah asal dekat transportasi umum,” kata Evania (27) saat ditanya tentang keinginannya membeli rumah sendiri. Evania adalah karyawan dengan gaji senilai upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta.

Harga rumah yang terus meningkat, membuat pusing masyarakat berpenghasilan rendah atau milenial seperti Evania yang belum lama merintis karier. Kelompok milenial atau generasi Y lahir antara tahun 1980-1995.

Mereka hanya mampu menjangkau rumah di pinggirnya pinggiran Jakarta alias sudah jauh dari Jakarta. Karena itu, kemudahan aksesibilitas transportasi menjadi semacam ”harga mati”. Rumah jauh tak masalah asalkan akses transportasi memadai.

Rumah jauh tak masalah asalkan akses transportasi memadai.

Kondisi ini diperkirakan akan semakin parah di masa depan. Analisis Kompas menunjukkan, pertumbuhan penduduk akan semakin melipir ke pinggiran DKI bahkan melampaui batas-batas Jabodetabek. Sayangnya, transportasi massal yang menjadi tulang punggung mobilitas para pekerja belum mampu mengimbangi perkembangan ini.

Seperti dialami Bondan (31), karyawan yang berkantor di Tebet, Jakarta Selatan. Untuk menuju kantornya, ia mengandalkan kereta rel listrik (KRL) commuter line. Bondan butuh 100 menit perjalanan dengan kereta dari rumahnya di kawasan Maja, Kabupaten Lebak, Banten.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Deretan rumah sederhana dalam taraf penyelesaian di kawasan perumahan kota terpadu Citra Maja Raya, Lebak, Banten, Selasa (24/4/2018). Selain memenuhi kebutuhan perumahan dan program pembangunan sejuta rumah, kota baru Maja didesain mengikuti kawasan berbasis transportasi massal seperti commuter line.

Celakanya, jika kapasitas KRL dibatasi seperti pada masa PPKM lalu, mengendarai sepeda motor menjadi satu-satunya pilihan. Padahal, jarak pergi pulang 150 kilometer dan menghabiskan waktu lima jam,

Itulah kisah perjuangan para pekerja muda dalam memiliki rumah. Untuk karyawan bergaji setara UMP Jakarta sekitar 4,5 juta, maksimal cicilan yang bisa dibayarkan Rp 1,5 juta atau 35 persen dari penghasilan.

Dari simulasi, harga rumah yang bisa dijangkau sekitar Rp 168 hingga Rp 200 juta, dengan asumsi jangka waktu cicilan 15 tahun dan bunga tetap 8 persen per tahun. Rumah layak dengan kisaran harga ini sulit ditemukan di Jakarta.