Kisah kelam dunia malam pernah merundung WI (15) saat dipaksa menjadi pemandu karaoke di Kafe HH yang berlokasi di kawasan tambang emas di 99 Ndeotadi, Distrik Bogobaida, Paniai, Papua. Tak hanya bertugas menemani tamu bernyanyi, perempuan asal Indramayu, Jawa Barat, itu juga dilacurkan oleh pemilik kafe.
Setiap malam, WI bersama pekerja lain dipaksa oleh pemilik kafe untuk mencari tamu sebanyak-banyaknya. WI harus merayu para tamu agar mau membeli minuman keras di kafe tersebut. Jika gagal menggaet tamu, WI tidak akan diberi upah. Bahkan, pemilik kafe tidak segan untuk menyiksa WI.
”Saya sengaja enggak dapet tamu. Terus dimarahin. Saya sakit juga bukannya diapain, malah masih suruh nyari tamu. Malah diseret, terus dipukul pakai handphone di kepala sama disundut rokok di kaki,” ungkap WI.
Jika gagal menggaet tamu, WI tidak akan diberi upah. Bahkan, pemilik kafe tidak segan untuk menyiksa WI.
Tak banyak upaya yang bisa dilakukan oleh WI untuk bisa keluar dari kawasan tersebut. Maklum, kawasan tambang emas di 99 Ndeotadi berlokasi di tengah-tengah hutan. Lokasi tersebut hanya bisa diakses menggunakan helikopter dari Nabire.
Keberadaan WI di 99 Ndeotadi berawal dari ajakan temannya, AH, untuk bekerja di sebuah kedai kopi di Surabaya, Jawa Timur, pada pertengahan tahun 2021. AH kala itu memohon kepada WI untuk ditemani bekerja ke Surabaya. Dengan penuh kepolosan, WI mengiyakan ajakan AH.
WI dan AH kemudian diantar ke Surabaya oleh seorang calo dari Indramayu yang dikenal AH. Sesampainya di Surabaya, mereka diterima oleh si pemilik Kafe HH. Selama seminggu berada di Surabaya, mereka diajak berbelanja pakaian dan handphone. Belakangan, uang untuk membeli barang-barang tersebut dianggap sebagai utang.
Pemilik kafe juga diketahui memalsukan identitas WI. Tahun lahir WI di kartu keluarga yang seharusnya 2007 diubah menjadi 2001 agar dia tercatat sebagai perempuan berusia 20 tahun. Padahal, WI kala itu masih berusia 14 tahun.
Bukti manipulasi tersebut terlihat dari surat hasil tes PCR Covid-19 WI di Surabaya yang diterima Kompas. ”Iya (sempat lihat). Pas di bandara mau ke Makassar, kan, naik pesawat. Dipegang, ya (KK-nya). Ya, sempet orang-orang (di bandara) enggak percaya. Soalnya kecil-kecil semua di situ,” ujar WI.