Manusia dan Tujuh Milenium Disrupsi Iklim

Perubahan iklim merupakan suatu siklus alami di Bumi. Intervensi manusia mempercepat siklus tersebut, bahkan membuatnya sulit dipahami dengan pola lama.

Situasi yang sering disebut sebagai perubahan iklim lebih pas disebut sebagai disrupsi iklim. Alasannya, iklim akan tetap berubah tanpa intervensi manusia. Hal ini mengingat peradaban manusia mempercepat perubahan iklim dan mengubah siklus alaminya. Yang terjadi adalah disrupsi iklim.

Istilah disrupsi iklim pertama kali digunakan oleh Penasihat Sains Gedung Putih John Holdren pada 2007. Saat itu, alih-alih menggunakan istilah pemanasan global, Holdren menyarankan penggunaan istilah disrupsi iklim global. Istilah pemanasan global tidak disarankan karena disinyalir terlalu menyederhanakan persoalan dan mengecilkan bahaya yang sebenarnya sedang terjadi.

Selanjutnya, istilah disrupsi iklim juga digunakan oleh Doug Sisterson, ilmuwan dari Argonne National Laboratory, pada kuliah umum di Universitas Chicago pada 2015. Sisterson meramalkan bahwa perubahan iklim merupakan persoalan yang akan semakin membingungkan dengan semakin banyaknya cuaca ekstrem yang mengikuti.

AP/JOHN MCCONNICO
Es mencair di Teluk Kulusuk, Greenland Timur, Selasa (17/7/2007), salah satu akibat dari perubahan iklim.

 Peran manusia

Sebagai istilah, disrupsi sendiri dapat dipahami sebagai kondisi ketika suatu hal tidak dapat berlangsung secara normal atau dengan pola lama. Disrupsi iklim menggambarkan situasi ketika iklim Bumi tidak lagi mengikuti siklus alaminya. Padahal, siklus perubahan iklim telah berlangsung sejak Bumi terbentuk atau sekitar 4,5 miliar tahun lalu.

Disrupsi iklim sudah terjadi sejak ribuan tahun lalu. Pendapat tersebut didukung oleh penelitian yang diterbitkan oleh Stephen J Vavrus dan timnya tentang faktor-faktor manusia yang memengaruhi perubahan iklim. Penelitian tersebut memberikan bukti baru bahwa praktik pertanian kuno menghasilkan emisi gas karbon dioksida (CO2) dan metana yang terperangkap di atmosfer.

Berdasar analisis isotop kelautan, kandungan karbon dioksida dan metana di atmosfer Bumi mengalami penurunan 10.000 tahun lalu. Namun, kandungan CO2 kembali meningkat 7.000 tahun lalu, disusul peningkatan kandungan metana 5.000 tahun lalu.

Antara/Ampelsa
Hutan dibabat untuk perkebunan di kawasan pegunungan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Minggu (4/2/2018). Perusakan dan pembakaran hutan mempercepat terjadinya perubahan iklim.