Dalam ribuan tahun penggunaannya, minyak bumi berkali-kali menjadi alasan sekaligus alat perang. Indonesia pernah berada dalam pusaran sebagian perang itu.
Pakar geokimia pada University of Strasbourg, Jacques Connan, menyebut jejak penggunaan hasil olahan minyak bumi ditemukan pada artefak berusia 421 abad di Suriah. Artefak itu ditemukan di Umm El Tiel, timur laut Damaskus. Menurut Connan dan rekan-rekannya, penemuan itu mengoreksi anggapan bahwa hasil olahan minyak bumi pertama kali digunakan di Netiv Hagdud, Tepi Barat, pada abad ke-9 Sebelum Masehi.
Namun, serangkaian makalah yang diterbitkan Connan dan rekannya dalam 40 tahun terakhir tidak menyebut cara orang di sekitar Palestina dan Suriah itu mendapat minyak bumi. Ia dan rekan-rekannya hanya menemukan bukti penggunaan hasil olahan minyak bumi. Selain dipakai sebagai pelapis bangunan dan pelapis aneka perkakas, minyak bumi dipakai untuk bahan bakar lampu.
Adapun Zhong Changyong dan Huang Jian dalam Drilling and Gas Recovery Technology in Ancient China menulis, minyak sudah ditambang di China sejak abad ke-7 Sebelum Masehi. Waktu itu, minyak dicari sebagai bahan bakar untuk pembuatan garam. Penambangan lebih serius di China dimulai pada abad ke-4.
Lebih dari 15 abad kemudian, pada 1859, Edwin Drake memulai revolusi penambangan minyak. Sejak itu, minyak bumi dipergunakan secara meluas.
Kini, lebih dari separuh energi global dipasok minyak dan gas bumi. Hingga 98 persen wahana transportasi menggunakan bahan bakar minyak. Berulang kali diramal segera habis, minyak dan gas bumi bertahan sebagai sumber energi utama global.
Senjata Arab