Sugianto
Silat Tunggal PutraYolla Jampil
& Hendy
Abdul
Malik
Iqbal Candra
Pratama
Komang Harik
Adi Putra
Aji Bangkit
Pamungkas
Puspa
Arumsari
Ayu Sidan W
& Ni Made D
Wewey Wita
Silat Putri Kelas BPencak Silat
Regu Putra
Sarah Tria
Monita
Pencak Silat
Regu Putri
Tim Sepak
Takraw Putra
Panjat Tebing
Relay Putra
Panjat Tebing
Relay Putri
Pipiet
Kamelia
Baca Juga
Mereka yang Merebut Emas
Indonesia: Bagian 1
Sugianto
11 Agustus 1989
Tinggi: 171cm | Berat: 64kg
Cabang Olahraga:
Pencak Silat Tunggal Putra
Rekam Prestasi:
Sugianto mengawali latihan pencak silat pada usia sebelum menginjak remaja, yakni sembilan tahun, di Jakarta.
Ia dilatih oleh Tulus Priyadi yang melatihnya sejak 2004. Sebelum meraih emas Asian Games 2018, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta ini pernah memenangi kejuaraan dua pada 2015 dan 2016.
Yolla Jampil Primadona
Jakarta, 5 Januari 1992
Tinggi: 170cm | Berat: 66kg
Hendy
Jakarta, 8 Juli 1992
Tinggi: 170cm | Berat: 58kg
Atlet-atlet pada umumnya berusaha keras agar tidak mengalami cedera saat berlatih. Namun, pasangan pesilat Indonesia, Yolla Primadona Jampil dan Hendy, justru sebaliknya.
Mereka bakal kebingungan dan merasa latihan mereka salah jika salah satu dari mereka tidak ada yang mengalami cedera. Biasanya kedua pesilat itu lalu menghentikan latihan dan berdiskusi ketika merasa ada yang salah dan tubuh mereka ”baik-baik” saja.
”Kami pasti langsung merasa perlu memperbaiki lagi gerakan-gerakan. Harus lebih rapat lagi,” kata Yolla. Sebagai pesilat yang turun di kategori seni ganda sejak berusia tujuh tahun, Hendy dan Yolla memang dituntut untuk selalu mengejar kesempurnaan.
Mereka harus bisa memperagakan gerakan-gerakan silat dengan tepat, cepat, rapi, dan indah. Berbeda dengan nomor lainnya di kategori seni, nomor ganda ini merupakan nomor yang paling sulit di cabang pencak silat.
Kedua pesilat harus memperagakan gerakan dua pendekar yang sedang berduel dengan tangan kosong ataupun senjata seperti golok, celurit, atau tongkat. Ketika Hendy dan Yolla menyebut gerakan mereka tidak rapat, berarti kepalan tangan, sepakan kaki, atau sabetan golok/celurit masih terlalu jauh dari sasaran sehingga tidak terlihat indah.
Padahal, nilai yang diperoleh akan lebih tinggi jika gerakan duel itu terlihat seolah seperti duel sungguhan.
Abdul Malik
Bitung, 31 Januari 1997
Tinggi: 165cm | Berat: 54kg
Cabang Olahraga:
Pencak Silat Putra Kelas B
Rekam Prestasi:
Selengkapnya
Sembunyikan
Abdul Malik meraih emas Asian Games 2018 setelah di partai final kelas B mengalahkan pesilat Malaysia, Muhammad Faizul M Nasir, dengan skor 5-0. Malik mulai menekuni olahraga pencak silat sejak usia 11 tahun pada 2008.
Ia dilatih oleh Kifli Lamsu. Tekadnya adalah mempersembahkan emas untuk Indonesia di Asian Games dan ambisi itu pun tercapai.
Sebelum mencapai puncak penampilan di Asian Games, ia merebut emas pada ajang University Games di Singapura.
Iqbal Chandra Pratama
Aceh, 12 Mei 1996
Tinggi: 173cm | Berat: 70kg
Cabang Olahraga:
Pencak Silat Putra Kelas D
Rekam Prestasi:
Iqbal Candra Pratama berhasil memperoleh emas setelah di laga final mengalahkan pesilat Vietnam, Nguyen Ngoc Toan, 4-1
Pesilat kelahiran 22 tahun silam itu memulai berlatih silat pada usia 10 tahun di Bontang, Kalimantan Timur. Ia terjun menjadi atlet mengikuti jejak orangtuanya. Iqbal juga meraih perak pada Kejuaran Dunia 2016 di Denpasar, Bali.
Komang Harik Adi Putra
Buleleng, 14 Oktober 1994
Tinggi: 173cm | Berat: 69kg
Cabang Olahraga:
Pencak Silat Putra Kelas E
Rekam Prestasi:
Selengkapnya
Sembunyikan
Komang Harik Adi Putra mempersembahkan emas pada kontingen Indonesia dengan mengalahkan pesilat Malaysia, Mohd Al Jufferi Jamari, pada laga final dengan skor 4-1.
Pesilat kelahiran 1994 itu mulai belajar silat pada usia 12 tahun di Denpasar.
Aji Bangkit Pamungkas
Ponorogo, 20 Mei 1999
Tinggi: 179cm | Berat: 89kg
Cabang Olahraga:
Pencak Silat Putra Kelas I
Rekam Prestasi:
Selengkapnya
Sembunyikan
Aji Bangkit Pamungkas meraih emas Asian Games 2018 setelah pada laga final kelas I 85-90 Kg mengalahkan pesilat Singapura, Sheik Ferdous Sheik Alauddin, dengan skor 5-0.
Aji mengikuti jejak saudara dan ayahnya menekuni dunia silat pada usia 13 tahun di Ponorogo, Jawa Timur. Prestasi Aji lainnya adalah memenangi medali emas pada Kejuaraan Asia 2017 di Chungju, Korea Selatan.
Puspa Arumsari
Jakarta, 10 Maret 1993
Tinggi: 163cm | Berat: 54kg
Cabang Olahraga:
Pencak Silat Tunggal Putri
Rekam Prestasi:
Puspa Arumsari meraih emas kategori seni tunggal putri dengan menempati peringkat pertama dari enam pesilat yang tampil di Asian Games.
Pesilat yang menekuni olahraga ini sejak usia 11 tahun di Jakarta itu berhasil mengumpulkan 467 poin, unggul atas pesilat Singapura, Nurzuhairah Mohammad Yazid, dan pesilat Filipina, Cherry May Regalado.
Ni Made Dwiyanti
26 Maret 1991
Tinggi: 163cm | Berat: 53kg
Ayu Sidan Wilantari
1 September 1992
Tinggi: 152cm | Berat: 47kg
Cabang Olahraga:
Pencak Silat Ganda Putri
Rekam Prestasi:
Selengkapnya
Sembunyikan
Tim ganda putri yang terdiri atas Ayu Sidan Wilantari dan Ni Made Dwiyanti mendapatkan emas dengan menempati peringkat pertama dari tujuh pasangan di Asian Games 2018.
Ayu/Ni Made mengumpulkan 574 poin, unggul atas pasangan Thailand, Saowanee Chanthamunee/Praya Choosuwan, yang meraih 564 poin dan pasangan Malaysia, Nur Syazreen A Malik/Nor Hamizah Abu Hassan, dengan 558 poin.
Wewey Wita
Tangerang, 5 Februari 1993
Tinggi: 164cm | Berat: 55kg
Cabang Olahraga:
Pencak Silat Putri Kelas B
Rekam Prestasi:
Selengkapnya
Sembunyikan
Wewey Wita memperoleh emas setelah pertarungan melawan pesilat Tran Thi Them pada laga final.
Pesilat berusia 25 tahun tersebut mengalahkan lawannya dengan skor 5-0. Wewey mulai menekuni silat saat duduk di kelas V SD di Ciamis, Jawa Barat.
Nunu Nugraha
Garut, 31 Januari 1989
Tinggi: 170cm | Berat: 66kg
Asep Yuldan Sani
Garut, 21 Maret 1993
Tinggi: 165cm | Berat: 60kg
Anggi Faisal Mubarok
Garut, 22 Mei 1993
Tinggi: 163cm | Berat: 60kg
Tim putra Indonesia yang terdiri dari Nunu Nugraha, Asep Yuldan Sani, dan Anggi Faisal Mubarok mendapatkan emas Asian Games 2018 kategori seni setelah menempati peringkat pertama dari tujuh tim peserta.
Ketiga pesilat Indonesia ini berhasil mengumpulkan 465 poin, unggul atas tim Vietnam di peringkat kedua dengan 450 poin dan Thailand di peringkat ketiga dengan 448 poin.
Sarah Tria Monita
Kediri, 31 Mei 1995
Tinggi: 163cm | Berat: 60kg
Cabang Olahraga:
Pencak Silat Putri Kelas C
Rekam Prestasi:
Selengkapnya
Sembunyikan
Di kelas C 55-60 kg, Sarah Tria Monita mempersembahkan emas dengan mengalahkan pesilat dari Laos, Nong Oy Vongphakdy, 5-0.
Sarah mengawali latihan silat pada usia 15 tahun di Surabaya, Jawa Timur.
Prestasi lainnya yang didapat perempuan berusia 23 tahun ini adalah memenangi medali emas pada Kejuaraan Dunia 2016 di Denpasar, Bali.
Gina Tri Lestari
Garut, 27 Mei 1995
Tinggi: 155cm | Berat: 49kg
Pramudita Yuristya
Garut, 20 Juni 1996
Tinggi: 156cm | Berat: 49kg
Nurhasanah Lutfi
Garut, 19 Agustus 1995
Tinggi: 157cm | Berat: 48kg
Dominasi Indonesia tak terbendung dengan keberhasilan tim putri Indonesia, yang terdiri dari Pramudita Yuristya, Lutfi Nurhasanah, dan Gina Tri Lestari, memperoleh emas pada nomor tim putri kategori seni.
Ketiganya menjadi yang terbaik setelah mengumpulkan poin tertinggi dari tujuh tim yang tampil di Asian Games 2018.
Tim Indonesia mengumpulkan 466 poin, unggul atas tim Vietnam dengan 364 poin dan Thailand yang mengumpulkan 448 poin.
Abdul Halim Radjiu
9 Maret 1991
Tinggi: 176cm | Berat: 95kg
Husni Uba
23 Maret 1982
Tinggi: 173cm | Berat: 70kg
Muhammad Hardiansyah Muliang
27 Maret 1994
Tinggi: 168cm | Berat: 58kg
Nofrizal
25 November 1990
Tinggi: 163cm | Berat: 62kg
Rizky Abdul Rahan Pago
25 Desember 1992
Tinggi: 179cm | Berat: 63kg
Saiful Rijal
16 Oktober 1990
Tinggi: 165cm | Berat: 58kg
Selengkapnya
Sembunyikan
Sepak takraw akhirnya berhail meraih medali emas setelah memenangi nomor kuadran putra. Medali emas diraih tim kuadran yang terdiri dari Nofrizal, Muhammad Hardiansyah Muliang, Saiful Rijal, Husni Uba, Rizky Abdul Rahan Pago, dan Abdul Halim Radjiu.
Meski meraih emas, kualitas permainan Indonesia masih tertinggal dari Malaysia dan Thailand. Satu medali emas pamungkas Indonesia dari sepak takraw didapatkan tanpa kehadiran dua negara pesaing itu di nomor kuadran putra. Di final, Indonesia menang atas Jepang, 2-1 (15-21, 21-14, 21-16).
”Medali emas Asian Games kali ini adalah pencapaian tertinggi Indonesia. Harapannya menjadi tonggak perkembangan dan perbaikan kualitas sepak takraw nasional,” kata Pelatih Sepak Takraw Indonesia Asry Sjam. Perbaikan utama yang dibutuhkan, kata Asry, adalah pembentukan kompetisi reguler dan pembangunan GOR untuk sepak takraw.
Keberadaan tempat latihan khusus untuk atlet pelatnas juga sangat dibutuhkan. Selama ini, timnas Indonesia harus menyewa gedung untuk berlatih dengan alat seadanya. Selain itu, kompetisi reguler juga diperlukan guna meningkatkan mental bertanding. Di Thailand dan Malaysia, liga sepak takraw sudah rutin digelar.
Hinayah Muhammad
Sekayu, 17 Desember 1995
Tinggi: 165cm | Berat: 66kg
Rindi Sufriyanto
Jember, 15 Mei 1991
Tinggi: 158cm | Berat: 60kg
Abu Dzar Yulianto
Batu, 11 Januari 1996
Tinggi: 170cm | Berat: 61kg
Veddriq Leonardo
Pontianak , Kalimantan Barat, 11 Maret 1997
Tinggi: 163cm | Berat: 55kg
Selengkapnya
Sembunyikan
Panjat dinding menjadi salah satu andalan Indonesia untuk meraih medali emas di Asian Games. Cabang ini juga bakal menjadi andalan pada ajang lebih tinggi, Olimpiade, karena akan dipertandingkan di Tokyo 2020. Di tingkat Asia, para pemanjat Indonesia boleh berbangga karena dominan, terutama nomor kecepatan.
Di bagian putra, dominasi itu sangat kentara setelah tim Indonesia 1 dan Indonesia 2 menciptakan partai all Indonesian final. Emas akhirnya diraih tim putra Indonesia 2 yang diisi Muhammad Hinayah, Rindi Sufriyanto, dan Abu Dzar Yulianto.
Mereka unggul atas Indonesia 1 yang diperkuat Aspar Jaelolo, Sabri, dan M Fajri Alfian. China hanya meraih perunggu di nomor ini. Di babak awal, tim Indonesia juga menang atas Iran, Korea Selatan, Thailand, dan Kazakhstan.
Aries Susanti Rahayu
Grobogan, 21 Maret 1995
Tinggi: 157cm | Berat: 57kg
Fitriyani
Sleman, 20 April 1988
Tinggi: 163cm | Berat: 58kg
Sallsabillah Rajiah
Tanggerang , 30 April 1999
Tinggi: 155cm | Berat: 51kg
Puji Lestari
Jakarta, 15 Juni 1990
Tinggi: 161cm | Berat: 57kg
Selengkapnya
Sembunyikan
Tim putri Indonesia semakin meneguhkan dominasi panjat dinding. Setelah meraih nomor kecepatan individu putri, tim ”Merah Putih” berhasil meraih emas nomor estafet kecepatan.
Melalui tim Indonesia 1 yang diperkuat Aries Susanti Rahayu, Puji Lestari, dan Sallsabillah Rajiah, Indonesia berhasil mendulang emas. Medali perak diraih China 2 dan perunggu dibawa pulang China 1. Di babak penyisihan, Indonesia juga unggul atas Kazakhstan, Thailand, dan Iran. Kemenangan itu membuat bangga warga Indonesia.
Salah satu atletnya, Puji Lestari, disambut bak pahlawan oleh warga Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Kamis (30/8/2018), warga menunggu kedatangan Puji Lestari di Kantor Lurah Marunda. Pemuda, ibu-ibu, dan pekerja penanganan prasarana sarana umum ikut hadir dalam acara itu.
Puluhan siswa MAN 5 Marunda pun menunda waktu pulang sekolah demi bertemu Puji. Warga mensyukuri prestasi Puji dengan iringan musik kasidah, pengalungan bunga, dan pemotongan tumpeng. Acara ini diakhiri dengan iring-iringan warga mengantar Puji ke rumah keluarganya di RT 012 RW 002.
Pipiet Kamelia
Jakarta, 6 Januari 1995
Tinggi: 164cm | Berat: 64kg
Cabang Olahraga:
Pencak Silat Putri Kelas D
Rekam Prestasi:
Selengkapnya
Sembunyikan
Pipiet Kamelia melengkapi dominasi Indonesia di cabang pencak silat setelah memenangi emas di kelas D 60-65 kg.
Pada partai final, Pipiet mengalahkan pesilat Vietnam, Nguyen Thi Cam Nhi, dengan skor 5-0. Pipiet mulai berlatih silat pada usia 12 tahun.
Prestasi lain perempuan kelahiran 1995 ini adalah memetik emas pada Kejuaraan Asia 2017 di Korea Selatan.
penulis: Kurnia Yunita Rahayu, Adrian Fajriansyah, Kelvin Hianusa, Korano Nicolash LMS, Rhama Purna Jati, Caesar Alexey, Rakaryan Sukarjaputra | penulis: Prasetyo Eko Prihananto, Syahnan Rangkuti, Yulia Sapthiani, Yulia Sapthiani, Denty Piawai Nastitie, Prasetyo Eko P | litbang: Andreas Yoga P, Rangga Eka Sakti, Yoesep Budianto, Debora Laksmi I, Robertus Mahatma C, Yohanes Advent K | penyelaras bahasa: Adi Wiyanto | fotografer: Rakaryan Sukarjaputra, Caesar Alexey, Ferganata Indra R, Rony Ariyanto N, Hendra A Setyawan, ANTARA/Melvinas P | ilustrator: Toto Sihono | infografik: Novan Nugrahadi | desainer & pengembang: Deny Ramanda, Ria Chandra | produser: Septa Inigopatria, Prasetyo Eko P, Haryo Damardon | sumber: Arsip Kompas/INASGOC
Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.