Si Penggoda Lidah sejak Masa Romawi

Tidak jarang, orang tropis yang baru pertama kali melihat salju membayangkan begini: tuangkan sirup ke atas seraup salju, kalau perlu tambahkan buah-buahan. Maka jadilah es serut atau es campur.

Hayalan ”kere” ini rupanya tidak seburuk itu. Karena pada abad pertama, imajinasi itu persis seperti yang dilakukan Kaisar Romawi bernama Nero Claudius Caesar. Tentu saja saat itu belum ada produk teknologi bernama lemari pendingin atau lemari pembeku.

Nero mengutus para pelayannya ke gunung untuk mengumpulkan salju segar yang baru turun dari langit. Kemudian, mereka menambahkan madu dan potongan buah ke atasnya. Jadilah, hidangan istimewa untuk pesta yang digelar sang kaisar.

”Es campur” ala Nero menjadi salah satu rantai awal perjalanan metamorfosis kudapan dingin bernama es krim. Kini, orang mengenal beragam varian es krim dengan setiap karakteristiknya yang khas, seperti es krim, gelato, granita, dan sorbet. Apa pun bentuknya, kudapan dingin senantiasa memikat siapa saja.

wilhelm otto peters
Kaisar Nero dari Romawi.

Kudapan dingin dan manis biasanya diburu saat cuaca panas. Apalagi kalau pikiran sedang sumpek dan ruwet. Dinginnya seolah mampu memadamkan emosi jiwa yang membara.

Beruntunglah orang zaman sekarang karena sangat mudah untuk mendapatkan es krim. Ada produk elektronik berupa lemari es dan freezer yang bisa membantu membuat aneka kudapan dingin.

Namun, bagaimana dengan masyarakat zaman dahulu? Bagaimana cara mereka mendapatkan kudapan dingin sebagai ”pemadam” kerongkongan? Produk teknologi seperti kulkas dan freezer belum ada.

Kisah Kaisar Nero dengan ”es campur”-nya adalah jejak awal imajinasi manusia akan makanan dingin dan manis, seperti dituliskan Joanna Farrow dan Sara Lewis dalam buku The Ice Cream Book (2012).