”Friends”, Temanku Keluargaku

“Friends” adalah bentuk pertemanan yang sublim, yang mewarnai manisnya era 90an. Tentang persahabatan yang menembus definisi keluarga sedarah. Tak heran, serial ini begitu dirindukan dan masih berhasil meraup penonton masa kini lintas generasi. Sebuah upaya reuni tentu menjadi oase yang disambut suka cita, dengan ulasan berhamburan. Menariknya, sebagian penonton pun terkaget, ternyata menonton kembali “Friends” lawas dengan perspektif hidup hari ini, sesuatu yang semula lucu kini bisa menjadi perdebatan. 

Friends: The Reunion

 

Welcome to the real world! It sucks. But you’re going to love it,” ujar Monica kepada Rachel seusai memotong sejumlah kartu kreditnya pada episode pembuka The One Where Monica Gets A Roommate yang tayang pada 22 September 1994.

Kalimat itu serasa merangkum perjalanan serial fenomenal yang memainkan dengan ringan drama kehidupan anak muda urban usia 20an tahun dengan banyak persoalan di dalamnya. Sejenak terkesan remeh-temeh atau hanya memunculkan hal-hal bersifat permukaan seperti yang selalu ditudingkan pada ekspresi kebudayaan masa kini.

Namun, jika membiarkan diri hanyut dalam ratusan episode berdurasi sekitar 20 menitan ini, percayalah mendadak kita akan sibuk mengidentifikasi diri. Apakah mirip Rachel? Apakah seperti Monica? Atau karakter utama lainnya, yakni Chandler, Ross, Joey, dan Phoebe. Sampai-sampai cukup semangat mengikuti kuis daring di media sosial hanya untuk menebak karakter.

Dari 10 musim penayangannya pun, dijamin sejumlah episode membuat berdecak ”Yaelah, ini gue banget”, atau membangkitkan memori tentang peristiwa atau aksi sahabat yang serupa dengan salah satu tokohnya. Memang hanya berkutat dengan keseharian, tapi terasa masuk akal, personal, intim.

 

IMDB
Friends: The Reunion