Di Gunung, Garam Krayan Tercipta

Rasa asin itu berasal dari garam yang dihasilkan di pegunungan yang teramat jauh dari laut. Tidak seperti garam umumnya yang diproduksi di laut, garam ini dihasilkan di sebuah bilik kayu yang dari dalamnya membubung asap putih sejak pagi hingga malam berganti pagi lagi.

Di dalam bilik itu, Robert Hendru (32) duduk di depan tungku, menunggui air asin yang ia masak berubah menjadi butiran garam. Lelaki kekar itu bertelanjang dada dengan mata sedikit merah lantaran pedih terkena asap. Aroma kayu bakar dan gemercik bara api menemaninya selama proses ”memasak” garam.

Sambil mengamati tungku di depannya, ia berkisah, tak ada yang tahu pasti asal mula daerah itu menjadi tempat produksi garam gunung. Wilayah yang berada di ”perbatasan” Indonesia-Malaysia itu masuk Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, Krayan terhampar di antara bukit dan gunung.

kompas/sucipto
Garam gunung produksi warga Long Midang di Kecamatan Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, Senin (29/11/2021). Garam gunung yang dikemas dalam plastik itu dijual Rp 50.000 per kilogram di Krayan dan 30 Ringgit Malaysia di wilayah Malaysia.

Dengan kondisi demikian, Krayan menjadi salah satu wilayah di Kalimantan Utara yang paling sulit dijangkau. Tak ada jalur darat yang menghubungkan daerah ini dengan daerah lainnya.

Sebenarnya, sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jalan Trans-Kalimantan di sisi utara sudah mulai dibuka menuju Krayan. Namun, jalan itu baru selesai dibuka pada era Presiden Joko Widodo.

Itu pun kondisinya berupa jalan tanah berlumpur yang amat becek dan tak memungkinkan dilewati kendaraan. Satu-satunya akses paling mudah dan banyak ditempuh adalah lewat jalur udara, dengan pesawat perintis berpenumpang maksimal 12 orang.

Lantas, bagaimana garam bisa muncul secara alami di Krayan?