GOR Saparua dan Geliat Musisi Bawah Tanah

Gelanggang Olahraga atau GOR Saparua di Kota Bandung, Jawa Barat, hingga saat ini dikenang sebagai arena olahraga yang lebih banyak melahirkan musisi dibandingkan dengan olahragawan. Sejumlah kelompok musik beraliran bawah tanah atau ”underground” meraih ketenaran setelah melalui ”ujian” di GOR Saparua.

Membicarakan genre musik underground Indonesia tidak bisa tanpa menyebut Kota Bandung. Bandung seolah telah menjadi salah satu bagian dari sejarah perkembangan musik underground di Indonesia.

Warga jogging di Lapangan Saparua, Bandung, Jawa Barat, awal Januari 2015 lalu.

Berbagai aliran underground, mulai dari grindcore, thrash metal, black metal, hardcore, punk, hingga garage rock, britpop, dan juga electro pop, tumbuh berkembang di Bandung. Sejumlah perhelatan musik dengan semangat tersebut terus bergulir dari tahun ke tahun, seperti perhelatan Bandung Berisik.

Emma Blauch dalam artikel Bandung Rocks, Cibinong Shakes: Economics and Applied Ethics within the Indonesian Death-metal Community di Journal Musicology Australia menyebut Bandung adalah jantung musik bawah tanah di Indonesia. Alasannya, di kota ini aliran punk, hardcore, dan metal (trash, black, death, power metal, dan grindcore) tidak saja berlomba-lomba untuk berkarya, tetapi juga saling berelasi, bahkan berbagi ruang yang sama.

Aliran musik underground yang muncul di Inggris pada pertengahan era 1970-an dikenal sebagai aliran yang mengumandangkan perlawanan atas kemapanan dan kapitalisme.

Hal itu pula yang membuat sebagian kalangan kerap menyandingkan Bandung dengan London di Inggris. Kedua kota itu dianggap mempunyai kemiripan dalam ranah musik underground. London—bersama Birmingham—disebut sebagai kota kelahiran musik metal yang melahirkan band sekelas Iron Maiden dan Black Sabbath.

Aliran musik underground yang muncul di Inggris pada pertengahan era 1970-an dikenal sebagai aliran yang mengumandangkan perlawanan atas kemapanan dan kapitalisme. Syair lagu yang dibawakan kebanyakan mengajak orang melihat realitas sekitar yang pada akhirnya melawan kemapanan.

Mereka yang paham semangat underground akan dengan senang hati bercerita bahwa apa yang mereka lakukan adalah bagian dari sebuah gerakan global untuk membentengi diri dari kapitalisme.