Karakteristik letusan
Gunung Merapi berbentuk sebuah kerucut gunung api dengan komposisi magma basaltik andesit dengan kandungan silika (SiO2) berkisar 52-56 persen. Morfologi bagian puncaknya dicirikan oleh kawah yang berbentuk tapal kuda, di tengahnya tumbuh kubah lava.
Kubah lava yang tumbuh membesar menyebabkan ketidakstabilan. Kubah yang tidak stabil posisinya dan didorong oleh tekanan gas menyebabkan sebagian longsor sehingga terjadi awan panas. Awan panas akan mengalir secara gravitasional menyusur lembah sungai dengan kecepatan 60-100 kilometer per jam dan akan berhenti ketika habis energi geraknya.
Sejarah letusan Gunung Merapi
Periode 3.000-250 tahun lalu
Lebih kurang 33 kali letusan, 7 di antaranya letusan besar. Data itu menunjukkan letusan besar terjadi sekali dalam 150-500 tahun. (Andreastuti dkk, 2000)
Periode Merapi baru
Terjadi beberapa kali letusan besar pada abad ke-19, yaitu tahun 1822, 1849, dan 1872. Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun. (Newhall, 2000)
Aktivitas Merapi pada abad ke-20
Minimal telah terjadi 28 kali letusan. Tahun 1931 merupakan letusan terbesar.
Sejak 5 November 2020 (saat ini telah 7 bulan)
Status aktivitas Gunung Merapi dalam kondisi siaga. Aktivitas masyarakat di lereng wilayah Kabupaten Sleman dengan radius 5 km dari puncak, dibatasi agar terhindar dari potensi bahaya guguran lava dan awan panas.