Hak Santunan Jenazah yang Dipangkas

Sukari Tamin (53) kehilangan Kasnali, putra sulungnya, enam tahun lalu. Namun, ketidakadilan yang menyertai kematian tersebut masih membayangi kehidupan sehari-hari Sukari sekeluarga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Kasnali meninggal dalam usia 29 tahun, pada 2017. Tanpa informasi sebab yang jelas, Kasnali jatuh dari kapal berbendera China, Hebei 8588, setelah sekitar empat bulan berlayar. Ia berangkat keluar batas Tanah Air tanggal 10 Januari 2017.

Almarhum ke luar negeri menjadi anak buah kapal (ABK) perikanan lewat perekrutan PT Berkah Jaya Bahari (BJB) yang beralamat di Sugihwaras, Pemalang, Jawa Tengah.

Sukari ikhlas anaknya berpulang saat jauh dari daratan berjuang mencari nafkah. Namun, ia tidak rela jika kepergian Kasnali masih menyisakan ketidakadilan, tidak hanya bagi almarhum, tetapi juga keluarga yang ditinggalkan.

Salah satunya, kematian Kasnali tidak disertai keterangan resmi terkait penyebabnya. PT BJB menyampaikan, Kasnali bunuh diri. Itu menimbulkan pertanyaan lanjutan di benak Sukari. Apa yang terjadi di atas kapal sampai-sampai anaknya nekat mencemplung ke laut hingga akhirnya jasad almarhum terdampar di pantai negara Cile?

”Tidak ada dasar otopsi meninggalnya seperti apa, lukanya seperti apa,” ucap Sukari.

Perusahaan itu pun tak transparan soal dana kompensasi bagi ahli waris. Sukari menyebutkan, sebelum jenazah dipulangkan, perwakilan perusahaan datang ke rumah, dia menyerahkan uang pemakaman sebesar Rp 5 juta.

Setelah jenazah sampai di Indonesia, perusahaan tidak pernah memberi informasi soal asuransi. Sukari memilih bertindak aktif dengan meminta bantuan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Cirebon melayangkan surat. Kompensasi yang turun pun Rp 75 juta. Artinya, total baru ada Rp 80 juta.