Hari Ibu dan Perjuangan Perempuan Indonesia

Dalam Kongres Perempuan Indonesia I, Bung Karno mengingatkan kaum bapak bahwa zonder kaum ibu, upaya mengejar kemerdekaan sulit terwujud. Sejak itu, perempuan mulai terjun ke dunia politik untuk menghadapi kekuatan kolonial.

Hari Ibu diperingati pertama kali pada 22 Desember 1938, dalam Kongres Perempuan Indonesia III. Tanggal ini diambil dari pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta, 22-25 Desember 1928.

Kongres ini diselenggarakan di Gedung Joyodipuran, Jalan Brigjen Katamso yang saat itu masuk wilayah Swa Praja (Vorstenlanden) Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Kongres ini hanya berselang dua bulan dari pelaksanaan Kongres Pemuda II dan Sumpah Pemuda di Batavia, kini Jakarta.

Ketika itu, pemangku kekuasaan Yogyakarta adalah Sultan Hamengku Buwono VIII yang jumeneng atau bertakhta selama periode 1921-1939. Ia seseorang yang berpikiran maju. Putra mahkotanya, GRM Daradjatun, menempuh pendidikan di Universitas Leiden pada tahun 1930-an.

Pada tahun 1928, situasi politik di Hindia Belanda (Indonesia) tergolong panas. Perang Dunia I yang berakhir 1918 masih menyisakan dampak sosial, ekonomi, dan politik, diikuti wabah penyakit flu spanyol yang menewaskan belasan juta jiwa.

istimewa
Empat ibu yang memelopori kongres Perempuan I di Yogjakarta 22 Desember 1928. Dari kiri ke kanan: Ibu Sunarto Mangunpuspito, Ibu Kartowijono, Ibu Dr Muwardi, dan Ibu Soelarso, memperoleh tanda penghargaan.

Belum lagi pemberontakan komunis yang terjadi pada 1926 di Banten dan Sumatera Barat, membuat Pemerintah Kolonial Hindia Belanda semakin represif terhadap gerakan-gerakan sosial politik di masyarakat.

Politiek Inlichtingen Dienst (PID) atau Dinas Intelijen Kolonial menjadi “hantu” untuk mengawasi gerak-gerik masyarakat kawula Hindia Belanda.

Agen-agen PID hadir dalam semua acara organisasi masyarakat waktu itu. Termasuk di Kongres Perempuan Indonesia I, yang dihadiri 1.000-an perserta dari berbagai organisasi perempuan.

Menurut peneliti Institute for Social Empowerment Yogyakarta, Masykur Arief Rachman (Kompas, 24/12/2007), ada 23 organisasi yang terlibat dalam Kongres Perempuan Indonesia I yang berjalan lancar. Versi lain menyebutkan 30 organisasi.