Pesisir yang Terancam Hilang dari Sabang sampai Merauke

Usia Salam (76) sama dengan usia republik ini. Sebagai salah seorang tetua di Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tentu banyak perubahan yang ia rasakan bersama jatuh bangun negeri ini. Namun, bisa jadi perubahan terbesar yang ia rasakan selama lebih dari 40 tahun bermukim di sana adalah bagaimana ia menjadi penghuni terakhir di Kampung Enclek.

Sejak bermukim di kampung itu tahun 1980, Salam merasakan bagaimana perairan Laut Jawa kian mendekati rumahnya dari tahun ke tahun. Satu per satu tetangga mulai berpindah rumah.

Dari sebelas rumah, kini tinggal rumah milik Salam seorang yang masih bertahan di Kampung Enclek. Empat anak Salam pun memilih bermukim di daerah yang tidak terkena banjir rob. ”Pada enggak betah,” cerita Salam saat ditemui, akhir Juli 2021.

Kenaikan air laut telah mengubah wajah Kampung Enclek. Tambak udang yang menjadi mata pencarian primadona warga pun telah hilang karena terendam air. Tidak hanya dampak fisik, kenaikan air laut juga menghilangkan sumber penghidupan warga secara perlahan.

Pesisir utara Kabupaten Bekasi bukanlah satu-satunya daerah yang terdampak kenaikan air laut. Analisis Kompas berhasil mengidentifikasi adanya 199 kabupaten dan kota dari total 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia yang akan terkena dampak kenaikan air laut akibat perubahan iklim.

Perubahan fungsi lahan dinilai juga akan memperparah dampak kenaikan air laut. Di Desa Muara, Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, lahan empang yang biasanya menjadi bufer atau penahan kenaikan pasang telah berubah jadi kompleks perumahan dan apartemen.

Di Muara Angke, Jakarta Utara, penurunan tanah yang ekstrem juga memperparah kenaikan air laut. Dengan penurunan tanah hingga 20 sentimeter (cm) per tahun, warga secara periodik harus meninggikan lantai rumah hingga membangun rumah baru di atas lahan urukan.