Indonesia dari Seberang Batas: Perjalanan Agustinus Wibowo

Sebagai salah satu upaya untuk terus mengenal diri, "Kompas" memuat serial perjalanan Agustinus Wibowo, setiap Senin sampai Jumat.

“Keberagaman Indonesia yang tecermin lewat semboyan Bhinneka Tunggal Ika hendaknya diatur dalam suatu kebersamaan karena itu merupakan realitas Indonesia. Mengenal diri adalah hal yang mutlak perlu.” Demikian disampaikan salah satu pendiri Kompas, Jakob Oetama, pada 2005.

Sebagai salah satu upaya untuk terus mengenal diri, seperti yang disampaikan Jakob Oetama itulah, Kompas memuat serial perjalanan Agustinus Wibowo, setiap Senin sampai Jumat.

Melihat peta Indonesia, sejak kecil Agustinus Wibowo sering bertanya: Mengapa negara kita harus berakhir dengan sebuah garis? Baca selengkapnya.

 

Pulau terbesar kedua di dunia ini mempunyai banyak nama. Indonesia menyebutnya “Pulau Papua”, di dunia internasional disebut New Guinea (Niugini). Baca selengkapnya.

 

Masalah utama Port Moresby adalah maraknya pelaku kriminal, yang dalam bahasa setempat disebut ”raskol”. Baca selengkapnya.

 

Port Moresby sedang booming. Mesin konstruksi terlihat di mana-mana, mempersiapkan berdirinya gedung-gedung pencakar langit. Baca selengkapnya.

 

Tentu ini bukan lingkungan ideal untuk berbisnis. Tapi dalam kondisi begini pun, tetap ada yang bisa meraup keuntungan. Baca selengkapnya.

 

Sepekan tinggal di lingkungan Kedutaan Besar Republik Indonesia, protokol keamanan membuat mustahil “menginjakkan kaki” di Port Moresby. Baca selengkapnya.

 

Bermalam di perkampungan Koki di bibir pantai Port Moresby, saya mendengar tiga suara tembakan. Baca selengkapnya.

 

Keadaan PNG sangat tidak normal. Harga mahal, upah rendah, tetapi orang hanya menghabiskan waktu berleha-leha di jalanan. Baca selengkapnya.

 

Port Moresby bisa dikatakan tempat paling menegangkan yang pernah Agustinus Wibowo kunjungi. Baca selengkapnya.

 

Mengunjungi Papua Niugini di abad ke-21 sebagai orang asing adalah sebuah petualangan. Baca selengkapnya.

 

Tok Pisin adalah pidgin yang berdasar bahasa Inggris. Kini, bahasa ini memantapkan posisinya sebagai kebanggaan negeri. Baca selengkapnya.

 

Hubungan Indonesia-Papua Niugini adalah strategis dan penting bagi kedua pihak. Baca selengkapnya.

 

Dolf yang ingin kembali ke Biak, Papua, percaya bahwa keberagaman yang akan membawa kemajuan bagi suatu bangsa. Baca selengkapnya.

 

Saya beranjak ke arah barat, memulai petualangan menelusuri perbatasan yang sesungguhnya. Baca selengkapnya.

 

Indonesia telah mengubah hidup Mekha. Guru di Daru High School ini membuka kelas pelajaran bahasa Indonesia di sekolahnya. Baca selengkapnya.

 

Daru adalah pulau kecil berpenduduk 20.000 jiwa. Indah dan lengang, menarik untuk dijelajahi. Baca selengkapnya.

 

Wantokisme adalah sistem sosial yang berlaku di masyarakat Melanesia di Papua Niugini. Baca selengkapnya.

 

Perbatasan bukan hanya tentang sekat yang memisahkan, tapi juga tentang kepentingan ekonomi, keamanan, dan politik. Baca selengkapnya.

 

Agustinus Wibowo ingin menyusuri garis perbatasan dari kedua sisi, untuk mengumpulkan ceritanya dan memahami maknanya. Baca selengkapnya.

 

Saat menuju wilayah Papua Niugini yang berbatasan dengan Indonesia, Agustinus Wibowo mendapatkan pengalaman melaut yang pertama. Baca selengkapnya.

 

Pulau Saibai milik Australia hanya sekitar tiga kilometer jauhnya di selatan pesisir daratan utama PNG. Baca selengkapnya.

 

Seorang Indonesia di Papua Niugini hendak membeli mi instan produk Indonesia di Australia, yang dijual orang Timor Leste. Baca selengkapnya.

 

Saat tiba di Merauke untuk mencari Moris, Mama Pine dan Papa Jaea melihat dunia yang sama sekali berbeda. Baca selengkapnya.

 

Dalam konsep Melanesia, tanah hanya bisa dimiliki suku dan tak mungkin diperjualbelikan. Hal ini juga ditemui Agustinus Wibowo saat menyusuri Papua Niugini. Baca selengkapnya.

 

Sungguhkah kita menginginkan dunia yang tanpa garis batas, tanpa institusi negara, dan tanpa hukum? Baca selengkapnya.

 

Tanpa perbedaan kepemilikan harta, maka tak ada alasan untuk cemburu, dan tak ada dorongan untuk mencuri. Suasana ini didapat Agustinus Wibowo di Tais. Baca selengkapnya.

 

”Kami menantikan Indonesia bangun jalan tol dari Merauke sampai ke Daru,” kata Paulus Waibon, warga Tais, Papua Niugini, kepada Agustinus Wibowo. Baca selengkapnya.

 

Cerita dari para pedagang membuat Didimus berfantasi tentang Merauke yang sempurna. Fantasi itu diceritakan kepada Agustinus Wibowo yang menemuinya di Tais. Baca selengkapnya.

 

Dalam antropologi, cerita yang menjelaskan asal mula semesta beserta kehidupannya disebut ”mitos asal”. Agustinus Wibowo juga menemukan cerita itu di Papua Niugini. Baca selengkapnya.

 

Ikuti perjalanan Agustinus Wibowo dalam Indonesia dari Seberang Batas hanya di Kompas.