Jutaan Rupiah demi
Hewan Peliharaan
Jutaan Rupiah demi Hewan Peliharaan

Jutaan Rupiah demi Hewan Peliharaan

Tak murah memelihara anjing dan kucing. Mereka harus makan, ke salon, dan sekolah. Segala kebutuhan fisik dan psikis mereka harus dipenuhi. Karena, kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan sang pemilik.

Binatang peliharaan seperti anjing dan kucing kini naik kasta. Mereka tidak sekadar penjaga rumah atau pengisi waktu luang. Mereka kian menjadi anggota keluarga. Wajah mereka adalah pula wajah pemilik binatang-binatang peliharaan itu.

Manusia urban, yang sudah mampu menghidupi dirinya sendiri, kemudian berbagi kasih sayang dengan binatang peliharaan mereka. Tidak sekadar berbagi kasih sayang, tetapi memenuhi kebutuhan lahir hingga ”batin” hewan-hewan mereka.

Pemeliharaan binatang peliharaan bahkan menjadi ladang bisnis yang menjanjikan, terutama di kota-kota besar. Bak jamur pada musim hujan, toko hewan peliharaan atau petshop tumbuh nan subur.

Awalnya sekadar menjual pakan, lama kelamaan mengurusi tampang hewan. Tidak lagi sekadar menjual obat, vitamin, hingga aksesori pelengkap lainnya, ada banyak toko yang menawarkan fasilitas untuk memanjakan hewan peliharaan. Tujuannya agar hewan bahagia!

Kini makin lazim dibangun kolam renang hingga taman bermain khusus anjing ataupun kucing. Setelah berenang atau lelah bermain, mereka potong rambut hingga merapikan kuku-kukunya.

Mengapa menyerahkan urusan grooming ke toko? Karena tidak semua pemilik anjing atau kucing dapat melakukan sendiri. Tanpa pengetahuan yang cukup, maka binatang peliharaan malah terluka.

Hewan piaraan tak hanya sekadar penjaga rumah, tetapi sudah menjadi anggota keluarga.

”Kalau soal memandikan kucing, saya masih bisa. Banyak tutorial memandikan kucing di media sosial yang bisa dipelajari. Masalahnya, kuku atau gigi kadang harus dirawat. Ini yang enggak semua pemilik kucing bisa melakukan,” kata Asep Surya, karyawan swasta yang pernah memiliki 18 kucing, Rabu (14/11/2018), di Jakarta.

Asep ternyata masih berduka. Asep dan keluarganya baru saja kehilangan Siro, kucing kesayangannya. Sejak ditinggal adik, sobat, dan soulmate–sesama kucing–kesehatan Siro yang sudah dipelihara sekitar tiga tahun itu turun drastis. Pencernaan Siro juga bermasalah.

Menurut Asep, Siro sebenarnya telah ditangani oleh dokter hewan keluarga. Namun, kesehatan Siro terus menurun. Hari Minggu (11/11/2018) tepat pukul 04.30, Siro sempat membangunkan Asep dengan sisa tenaganya sebelum akhirnya meninggalkan keluarga Asep.

Begitu berdukanya, membuat Asep menampilkan wajah Siro di Facebook dengan tulisan pengantar: ”Selamat jalan Siro, terima kasih telah menjadi salah satu bagian terbaik dari hidup kami yang sangat indah. Maaf, jika kami tak bisa memberi yang terbaik”.

Suka dan
Duka

Di dalam hidupnya, binatang peliharaan memang kerap menyumbangkan kebahagiaan bagi tuannya. Di Kota Bandung, Olive, seorang anggota komunitas anjing Agility Bandung Group (ABG), di pertengahan Oktober 2018 sempat mengisahkan kebahagiaannya.

Sambil menuntun Roxane atau akrab dipanggil Ocan, berjenis siberian husky, Olive singgah di Pet Park, Bandung. ”Ini pertama kalinya, Ocan kembali berlatih bersama anjing-anjing komunitas ABG. Ocan baru saja melahirkan. Jadi, kata dokter, Ocan enggak boleh diajak capek-capek dulu seperti latihan ketangkasan yang berat,” kata Olive.

Kucing ataupun anjing kini tidak sekadar hewan peliharaan. Para tuannya telah menjadikan mereka sebagai bagian dari keluarga. Begitu dekatnya, sampai terkadang memusingkan pemiliknya yang hendak berliburan jauh ke luar kota.

Tidak heran jika investasi besar digelontorkan untuk membangun Pet Kingdom di Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, yang menyediakan fasilitas pet hotel.

Jutaan rupiah d ikeluarkan oleh pemilik untuk membahagiakan hewan piaraan mereka, mulai dari pakan hingga perawatawan.

Store Manager Pet Kingdom Frieda Tanoe mengatakan, tersedia 15 kandang VIP, 39 kandang besar, dan 36 kandang ukuran menengah untuk anjing. Untuk kucing tersedia 58 kandang bertingkat mengikuti aktivitas alami kucing yang sering naik turun.

Hotel untuk hewan itu biasanya penuh saat liburan panjang seperti Lebaran atau akhir tahun. Selain fasilitas yang lengkap, ada kamera pemantau (CCTV) yang memantau aktivitas binatang itu.

Pemilik pun bisa setiap saat meminta informasi tentang kondisi hewan peliharaannya. ”Mereka biasanya berinteraksi lewat Whatsapp dengan staf kami untuk bertanya kabar, minta foto, sampai video call dengan hewan kesayangannya,” ujar Frieda.

Tantangan
Sekaligus
Peluang

Pemeliharaan hewan peliharaan diam-diam menjadi tantangan sekaligus peluang. Setidaknya itu yang dirasakan Hendry Edrizal, pendiri Zoom Petshop. Dia bahkan melepas zona nyaman pekerjaannya di industri asuransi yang digelutinya selama sembilan tahun.

Menurut Hendry, tahun 2004, petshop masih menjadi bisnis antimainstream. Suatu hari, seseorang datang ke rumahnya dan menawarkan jasa memandikan kucingnya. Dia heran ketika jasa memandikan anjing dari rumah ke rumah dapat menghasilkan uang.

”Orang itu sampai menawarkan kerja sama. Jadi, dia menyediakan jasa memandikan kucing, sedangkan saya menyediakan tempat yang layak untuk bisnis ini. Bermodal Rp 30 juta, saya menyewa tempat,” kata Hendry, yang memulai usahanya di Kota Bandung.

Kontrakannya, kata Hendry, memang kecil hanya berukuran 3 meter x 3 meter, tetapi sudah tersedia rak-rak mirip dapur. Jadi, kucing-kucing pelanggan bisa grooming di tempat itu. Bisnis memandikan kucing tak berjalan langgeng, hanya enam bulan, karena orang yang memandikan kucing akhirnya berhenti bekerja.

Padahal, pelanggan mulai banyak. Hendry yang tak ingin mengecewakan pelanggan langsung turun tangan langsung memandikan kucing-kucing itu.

Ternyata, kata Hendry, tuntutan pelanggan semakin beragam. Pelanggan minta perawatan bagi anjing karena petshop identik dengan perawatan anjing. ”Saya dulu takut anjing. Trauma terhadap anjing akhirnya justru sembuh karena saya harus belajar sedikit demi sedikit tentang karakter anjing,” kata Hendry, yang saat itu mempekerjakan empat karyawan.

Konsumen pun terus bertambah. Jumlahnya makin bertambah tiap akhir pekan. Tuntutan konsumen semakin beragam, termasuk produk pendukung hewan peliharaan. Akhirnya, Hendry terpaksa belanja berbagai produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Jakarta.

”Karena belum kenal supplier, saya belanja di Jakarta. Bayangkan, saya belanja sebanyak empat bajaj untuk diangkut ke Stasiun Gambir sebelum dibawa ke Bandung,” ujar Hendry. Barang-barang itu akhirnya dijual di petshop-nya.

Tahun 2015, setelah satu dekade berbisnis, Hendry berekspansi ke Jakarta Selatan. Di Kemang, Hendry menggarap tahan seluas 2.000 meter persegi untuk mendirikan petshop dengan konsep ”One Stop Shopping”. Responsnya sangat positif.

”Konsep justru datang dari konsumen. Saya terus terang belum bisa menghadirkan petshop yang mewah, tetapi baru konsep petshop yang luas. Bagi saya, tagline paling tepat adalah petshop ini bukan hanya menjadi tempat belanja kebutuhan hewan peliharaan yang murah, melainkan untuk mendapatkan keluarga baru,” kata Hendry.

Tak sekadar petshop, Hendry memperoleh tantangan untuk membuat sekolah doggy. Maka, dibangun area di samping petshop-nya seluas 1.700 meter persegi untuk Zoom Dog Talent.

Konsumen yang datang pun cukup fantastis, yakni rata-rata 50 orang per hari. Tidak heran jika Hendry berkeyakinan masa depan bisnis ini makin cerah. Hendry bahkan berani investasi untuk membangun dua kolam renang, yang salah satunya berkedalaman 2,5 meter. Lebih dalam dari kolam-kolam untuk manusia di berbagai hotel.

Bisnis perawatan hewan piaraan pun turut berkembang. Kebutuhan untuk perawatan anjing dan kucing menjadi peluang usaha menjanjikan.

Memelihara hewan peliharaan tampaknya kian menjadi gaya hidup. Individualisme yang semakin tinggi akibat tergerus kesibukan hidup di kota besar membuat orang mencari ”sahabat”. ”Sahabat" ini dapat berbentuk hewan peliharaan, seperti kucing, anjing, burung, atau ikan.

Bahkan, tidak jarang hewan peliharaan juga telah dianggap sebagai anggota keluarga. Di China, misalnya, seperti dilaporkan China Daily pada Oktober 2018, para keluarga baru ini menumbuhkan industri yang disebut pet economy.

Bisnisnya bahkan beragam, mulai dari pakan, mode, perawatan medis, hingga bisnis pemakaman hewan. Berapa besar volume bisnisnya? Tidak ada angka pasti, tetapi di China ada sekitar 91 juta anjing dan kucing dipelihara sebagai hewan peliharaan di kawasan urban.

Di Indonesia? Sulit diketahui pula. Namun, kata Hendry, data jumlah anjing dan kucing yang benar-benar dipelihara masyarakat tercatat 2 juta ekor. Dari jumlah itu, sebanyak 70 persennya didominasi oleh kucing, sedangkan sisanya 30 persen adalah anjing. Sebaran terbanyaknya di Jawa dan Sumatera.

Peluang tumbuhnya industri ini juga sangat besar. Apalagi, jika ikatan emosional antara pemilik hewan dan binatang peliharaannya makin besar.

Kondisi di Australia memperlihatkan kedekatan itu. Berdasarkan laporan Pet Cencus 2016, sebanyak 99,3 persen dari 10.000 responden di Australia menganggap hewan peliharaan mereka adalah bagian integral dari anggota keluarga. Ketika hewan peliharaan itu meninggal, misalnya, mereka juga berhak mendapat cuti kerja untuk berduka.

Rela
Merogoh
Kocek

Hewan yang dipelihara sejak kecil biasanya punya kedekatan emosional cukup besar dengan pemiliknya. Kedekatan inilah yang kerap kali membuat sang pemilik, tanpa pikir panjang, rela mengeluarkan kocek lumayan banyak.

Saat hewan kesayangannya sakit, pengeluarannya dapat lebih besar lagi.

Ratih Prahesti, karyawan swasta yang tinggal di kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, misalnya, pernah begitu cemas saat anjingnya terluka. Salah satu anjing kesayangannya jenis mongrel yang bernama Capella atau akrab dipanggil Kakak Ella (11 bulan) kedapatan terluka di bagian dadanya.

Demi menyelamatkan anjingnya, suami Hesti melarikannya ke dokter hewan dan mengobatinya dengan biaya tak sedikit. ”Entah digigit siapa? Ketika itu, saya baru pulang kerja. Suami sedang di halaman samping, memberi makan tiga anjing lainnya. Sementara Kakak Ella di dalam rumah bersama induknya, Snowy,” kata Hesti.

Kini, Hesti juga harus merawat Owen, anjing tertua miliknya, yang menderita tumor di bagian mulutnya. Sudah diperiksa segala macam dokter, tetap tidak bisa dioperasi karena terlalu riskan untuk keselamatannya. Hingga kini, biaya perawatannya sudah mencapai Rp 3 juta.

Pukul rata, untuk kelima anjingnya, Hesti tanpa terasa rela mengeluarkan uang hingga Rp 2 juta per bulan. Paling boros untuk membeli pakannya karena semua masih serba impor.

Untungnya, Hesti masih lebih sering memandikan sendiri anjing-anjingnya daripada harus terus ke tempat grooming. Hanya saja, kalau mesti grooming untuk Ella dan Snowy, paling tidak biayanya Rp 400.000-Rp 500.000 per ekor.

Hewan peliharaan seperti anjing juga perlu ke salon. Biaya untuk ke tempat grooming pun tidak sedikit.

”Biayanya tergantung pilihan, apakah mau paket lengkap seperti dimandikan dengan antijamur dan antikutu atau hanya mandi keramas dan pangkas rambut? Kalau tidak memilih paket mandi lengkap, paling cuma Rp 250.000 per ekor. Biasanya sih ke salon sebulan sekali kalau lagi malas memandikan,” kata Hesti, yang sudah lama memiliki juga perlengkapan mandi anjing, termasuk pengering rambut khusus anjing.

Demi mengikuti selera kliennya, perancang busana gaun pengantin Dominique Nadine terkadang juga turun tangan mendesain kostum untuk hewan berkaki empat seperti anjing dan kucing. Bisnis tambahan ini dilakukan Dominique sejak 2014.

Jangan dikira desainnya biasa-biasa saja. Baju anjing itu ada yang berbahan kain tenun, ada yang serupa pakaian cheongsam, kostum khusus beraksesori mewah macam tambahan aksen bulu-bulu panjang burung unta (ostrich), payet, serta butiran-butiran mutiara imitasi, atau kostum fantasi bertema naga, dengan sayap kecil menempel di bagian punggung kostum.

Berapa harganya? Namanya juga baju dari desainer, Dominique pun tidak ragu menjualnya minimal Rp 500.000 hingga Rp 3 juta!

Kisah Pilu

Namun, tidak semua kisah tentang hewan adalah kisah bahagia. Pencinta anjing, Andreas Residesta, mengatakan, ”Selama ini, anjing liar cenderung ditimpuki batu atau dikejar-kejar karena dianggap mengganggu.” Perlakuan itu tidak dialami oleh kucing liar.

Sudah tak terhitung, kata Desta, jumlah anjing liar yang ditemuinya di jalanan. Padahal, anjing adalah makhluk hidup. Mereka juga butuh tumpangan untuk hidup.

Ucil Lele, misalnya, diadopsi Desta dari jalanan. Anjing itu kini malah menjadi teman setia di rumahnya di kawasan Serpong, Tangerang Selatan. Bukan hanya menjadi ”penjaga” rumah, tetapi anjing itu malah menjadi insipirasi berbagai karya kreatifnya dalam menuangkan gagasan berbentuk lukisan. Apalagi, corak-corak rambutnya menawan.

Drh Rajanti Fitriani, pendiri Klinik Hewan drh Rajanti and Friends di daerah Serpong, Tangerang Selatan, tak menampik adanya kisah-kisah pilu yang dialami anjing di jalanan. Bahkan, kisah pilu itu juga bisa terjadi di dalam lingkungan keluarga pemiliknya.

Berbeda dengan dokter hewan lain, Rajanti mempunyai kemampuan spesial mendengarkan curhatan binatang lewat metode mind power dengan cara menyamakan frekuensi di gelombang alfa.

Teknik berkomunikasi dengan alam bawah sadar binatang peliharaan ini, menurut Rajanti, bisa dipelajari dan bukan klenik. Kliennya pun lantas tertarik mempelajari metode ini lewat lokakarya yang memang rutin digelar.

Demi relasi antara pemilik dan hewan peliharaannya, Rajanti kerap pula mengungkapkan isi hati dari sang hewan. Bahkan, Rajanti menyampaikan kegundahan yang dirasakan sejumlah binatang peliharaan.

Suatu hari, seekor anjing tiba-tiba kabur dari rumah. Begitu ditemukan, Rajanti berusaha ”bercengkerama” dengan anjingnya itu. Rupanya, begitu mendengarkan dengan baik, ada informasi yang disampaikan si anjing itu. Ternyata, anjing itu kabur karena seisi rumah menyindir dengan mengatakan anjing itu bau.

Kejujuran anjing, bagi Rajanti, adalah luar biasa. Bahkan, Rajanti kerap menemukan anjing-anjing yang dapat menginformasikan kematian dirinya. Apalagi, ketika sang anjing mengetahui kondisi kesehatannya menurun karena usia.

Secara umum, pemilik hewan peliharaan memang menginginkan konsultasi yang lebih dari drh Rajanti. Tidak lagi sekadar menjaga kebugaran fisik sang hewan, melainkan juga menanyakan apakah hewan peliharaannya bahagia! Seolah, sang pemilik ingin berbuat apa pun bagi hewa peliharaannya.

Pelatihan
Anjing

Pemilik anjing kini juga menyekolahkan peliharaannya. Aris Aprila, pelatih anjing profesional dari AK9 Dog Training, Bandung, mengatakan, pengajaran keterampilan anjing semakin mendapatkan respons positif.

Mereka dilatih keterampilan dasar seperti duduk, berbaring, jalan samping, dan sebagainya. Ketika Kompas singgah di AK9 Dog Training di Jalan Kolonel Masturi, Kabupaten Bandung Barat, sekitar 30 anjing sedang dilatih di sana.

Untuk dapat dilatih di AK9 Dog Training, misalnya, umur anjing harus sudah enam bulan. Umumnya, anjing-anjing itu dilatih selama tiga bulan dengan biaya Rp 3 juta per bulan. Itu sudah termasuk pemberian pakan dan pemeliharaan. Namun, belum termasuk obat kutu atau obat lain jika ternyata sang anjing jatuh sakit.

Mengapa pelatihan anjing menjadi laris manis? Ternyata, para pemiliknya berupaya mempunyai anjing yang dapat diajak untuk ”komunikasi” yang mengasyikkan. Anjing yang patuh juga kerap membuat sang pemiliknya bangga.

AK9 Dog Training juga melatih anjing agar lebih berdaya guna, di antaranya dengan melatihnya agar mampu melakukan fungsi pencarian korban saat bencana alam.

Tak hanya diberi makan dan ke salon, anjing peliharaan pun terkadang disekolahkan. Sejumlah sekolah pelatihan ketangkasan anjing pun tumbuh.

Pilihan melatih ketangkasan kini menjadi semakin beragam. Bagi pemilik anjing yang tidak punya dana berlebih, Aris bersama kawan-kawannya merelakan waktu untuk membuka pelatihan secara gratis, terutama bagi pemilik anjing di Kota Bandung.

Pet Park yang disediakan Pemerintah Kota Bandung menjadi fasilitas untuk berkumpulnya pemilik anjing supaya mendapatkan latihan ketangkasan. Pet Park itu pun diberdayakan supaya tidak hanya menjadi tempat kumpul pemilik anjing, tetapi menjadi tempat kumpul anjing itu sendiri.

”Jangan sampai pemilik anjingnya malah pacaran, eh anjingnya cuma diikat di pohon,” ujar Aris tertawa. Aris begitu perhatian dengan anjing peliharaan. Dia bahkan menyarankan agar pasangan yang sedang pacaran jangan mengadopsi anjing. ”Kalau putus, kasihan anjingnya,” ujar Aris dengan serius.

Di zaman sekarang ini, pemilik anjing ataupun binatang peliharaan lainnya tidak lagi merasa cukup untuk mengenyangkan hewan mereka. Tidak cukup pula hanya menyehatkan binatang-binatang peliharaan mereka. Hal lain yang terpenting adalah memastikan apakah anjing atau kucing mereka bahagia!

Galeri Foto

Wajah-wajah menggemaskan hewan peliharaan. Pemilik harus merawat binatang peliharaan mereka, memastikan apakah anjing atau kucing mereka bahagia.

Seekor kucing peliharaan tengah berbaring. (KOMPAS/Stefanus Osa)
Anjing berjenis Boston Terrier yang dibawa oleh pemiliknya untuk menikmati suasana di Central Park pada sore hari. (Ria Chandra untuk KOMPAS)
Seekor kucing peliharaan tengah berbaring. (KOMPAS/Stefanus Osa)
Anjing berjenis Pomeranian dipakaikan baju oleh pemiliknya, pemakaian baju pada hewan peliharaan harus memperhatikan banyak hal agar hewan peliharaan tidak merasakan kepanasan dan tidak nyaman. (Maria Karina untuk Kompas)
Kucing Persia. (KOMPAS/Stefanus Osa)
Anjing berjenis German Pinscher terlihat senang saat diajak bermain oleh pemiliknya. (Yulius Giann untuk Kompas)
Wajah kucing yang menggemaskan. Binatang peliharaan yang bahagia akan membahagiakan pemiliknya.
Seekor kucing piaraan.(KOMPAS/Raditya Helabumi)
Anjing berjenis German Pinscher terlihat senang saat diajak bermain oleh pemiliknya. (Yulius Giann untuk Kompas)
Wajah menggemaskan seekor kucing piaraan. (KOMPAS/Stefanus Osa)
Anjing berjenis Siberian Husky terlihat senang saat diajak bermain oleh pemiliknya. (Richard Edrick untuk KOMPAS)
Seekor kucing peliharaan tengah berbaring. (KOMPAS/Stefanus Osa)
Seekor anjing peliharaan bermain dengan bola di lantai. (KOMPAS/Stefanus Osa)
Seekor kucing peliharaan tengah bermain-main. (KOMPAS/Stefanus Osa)
Anjing dari unit K-9 Polda Jawa Timur ikut dalam gelar pasukan penanggulangan teroris gabungan TNI dan Polri di Mapolda Jawa Timur, Jumat (19/3/2010). Gelar pasukan ini melibatkan 1.990 personel, peralatan khusus penjinak bom, dan kendaraan taktis. Selain gelar pasukan, pasukan khusus antiteror TNI-Polri akan latihan bersama menangani aksi teroris. (KOMPAS/Heru Sri Kumoro)

Kerabat Kerja

Penulis: Stefanus Osa, Mawar Kusuma, Nawa Tunggal, Wisnu Dewabrata, Fransisca Romana Ninik | Penyelaras Bahasa: Hibar Himawan | Fotografer: Priyombodo, Raditya Helabumi, Heru Sri Kumoro, Bahana Patria Gupta, Stefanus Osa, Mohammad Hilmi Faiq | Ilustrator: Toto Sihono | Videografer: Rian Septiandi | Video Editor: Vicentzo Joski | Desainer & Pengembang: Deny Ramanda, Elga Yuda Pranata, Ria Chandra | Produser: Haryo Damardono, Prasetyo Eko Prihananto

Suka dengan tulisan yang Anda baca?

Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.