Ironi Penyediaan Hunian Layak di Jakarta

”Di sini, sakit kami, makin terpuruk. Tempat ini juga mau dibangun rusun. Kalau tempat ini digusur, kami bakal lebih terpuruk dan mungkin telantar,” kata M Furkhon, salah satu warga di rumah petak di belakang area pertokoan Jalan Tongkol, Pademangan, Jakarta Utara.

Tempat itu merupakan hunian sementara puluhan warga Kebon Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang direlokasi tiga tahun lalu. Kala itu, mereka direlokasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta demi pembangunan mega proyek Jakarta International Stadium (JIS).

Hunian sementara yang ditempati sekitar 50 keluarga itu dibangun warga dari uang kompensasi yang diberikan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Pemprov DKI Jakarta. Uang kompensasi yang diperoleh warga pun jumlahnya bervariasi mulai dari yang terendah Rp 6 juta hingga Rp 40 juta.

Pemberian uang kompensasi tak berarti menghapus hak warga eks Kebon Bayam untuk mendapat hunian dari pemerintah. Sebab, sejak awal atau pada 2017, warga eks Kampung Bayam telah dijanjikan pemerintah daerah untuk diberdayakan dan dibina.

Kompas/STEFANUS ATO
Warga yang dijanjikan untuk menghuni Kampung Susun Bayam, duduk mengobrol hingga berbaring di pelataran Kampung Susun Bayam, Jakarta Utara, pada Selasa (14/3/2023). Mereka merupakan warga yang direlokasi tiga tahun lalu untuk pembangunan JIS.

Janji itu merupakan kontrak sosial yang diteken Anies Baswedan dan Sandiaga Uno selaku kepala daerah dan wakil kepala daerah Provinsi DKI Jakarta periode 2017-2022. Wujud dari kontrak sosial itu pun berjalan mulus sejak awal.

Warga Kebon Bayam yang tinggal di area yang kini telah berubah wujud jadi kawasan olahraga Jakarta International Stadium itu tak pernah diabaikan pemerintah daerah. Legalitas kependudukan mereka yang awalnya berbeda-beda RT, RW, atau kelurahan diputihkan dan diberi kartu kependudukan baru sesuai wilayah administrasi mereka tinggal saat itu.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun menggelar beragam kegiatan di sana, mulai dari pelatihan dan pendampingan, hingga kegiatan festival. Semua kegiatan itu berhasil merebut hati warga. Warga akhirnya sepakat untuk meninggalkan rumah yang mereka tinggali selama puluhan tahun demi pembangunan mega proyek JIS.

Menurut Furkhon, warga yang tinggal di area yang terdampak pembangunan JIS jumlah awalnya sekitar 600 keluarga. Sebagian besar atau ratusan keluarga itu kemudian meninggalkan kawasan yang terdampak pembangunan JIS setelah mendapat kompensasi.