Jahe nan Hangat

Jahe identik dengan sesuatu yang hangat. Eksistensinya hadir dalam makanan, minuman, bumbu dapur, dan minyak atsiri. Jauh sebelum mengenal cabai, masyarakat zaman dulu telah berkawan akrab dengan jahe dalam sajian sambal. Selain rasa yang nikmat, khasiat di dalamnya turut memikat.

Jika Anda membutuhkan kehangatan, jahe bisa menjadi jawabannya. Jahe paling sering ditemui dalam bentuk minuman atau wedang. Biasanya, ajakan untuk minum wedang jahe muncul saat kondisi dingin atau hujan. Wedang jahe mudah dijumpai, misalnya pada warung angkringan atau warung bakmi jawa.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Minuman Jahe Gula Merah

Minuman ini amat serasi disajikan dengan kudapan apa pun, termasuk nasi kucing, gorengan, tusukan sate, gorengan, bakmi jawa, dan nasi goreng. Tak hanya sebagai pelepas dahaga, tetapi memang sungguh menghangatkan badan sekaligus obrolan.

Ketika ada anggota keluarga atau pasangan yang pulang malam, wedang jahe menjadi minuman yang dinanti. Jahe diyakini memberi efek rileks, penangkal masuk angin, dan mengurangi rasa capek setelah seharian bekerja.

Wedang jahe cukup luwes di segala suasana. Kehadirannya menjadi teman mengobrol yang pas dalam beberapa kegiatan di lingkungan rumah, seperti ronda malam atau acara hajatan. Apalagi, minumnya ditemani dengan berbagai jajanan tradisional, antara lain singkong goreng, tape goreng, pisang rebus, ubi rebus, atau mendoan. Ah, semakin terasa nikmatnya!

Kompas/Wawan H Prabowo
Memanen Jahe – Paidi menunjukkan jahe merah yang siap panen di Desa Jeladri, Kelurahan Pucung, Kismantoro, Wonogiri, JawaTengah, Rabu (3/7/2013). Banyak warga di kawasan tersebut memilih menanam tanaman obat daripada palawija karena lebih mengutungkan.

Minuman berbahan jahe tak hanya digemari masyarakat Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lainnya. Bahkan, Putra Mahkota Kerajaan Inggris Pangeran Charles juga menyukai wedang jahe. Dikutip dari arsip Kompas, minuman wedang madu jahe menjadi suguhan dalam acara kunjungan Pangeran Charles ke Hutan Wanagama di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, pada tahun 1989.

Bahan-bahan wedang jahe sengaja diambil dari lingkungan sekitar, seperti madunya diperoleh dari lebah hutan Wanagama dan jahe panenan petani. Wedang ini disajikan dalam poci tanah yang memberikan rasa khas. Ada pula sejumlah kudapan tradisional yang disuguhkan, yakni kacang rebus, pisang rebus, enting-enting, dan tiwul (Kompas, 4/11/1989).