Apel dan Malang Raya menjadi dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Mereka saling beririsan. Berbicara daerah penghasil apel utama di Indonesia, jawabannya adalah Malang. Demikian pula saat berkunjung ke Malang, belum afdol jika belum menikmati apel atau membawanya untuk oleh-oleh.
Tidak sulit mencari apel di Malang Raya. Buah yang banyak mengandung vitamin, serat, dan antioksidan ini banyak terdapat di kios buah pinggir jalan, pasar tradisional, hingga pasar modern. Konsumen juga bisa merasakan langsung dengan cara memetik sendiri di kebun dan dinikmati sepuasnya hanya dengan merogoh isi kantong Rp 20.000-Rp 25.000 per orang.
Perkembangan zaman telah membuat apel tidak hanya bisa dinikmati secara an sich. Sejumlah makanan turunan hasil inovasi bisa diperoleh dengan mudah, mulai dari keripik apel, dodol apel, asinan, hingga minuman berupa jus, cuka apel, dan masih banyak lagi. Penganan ini tidak hanya ada di Malang tetapi juga telah menjangkau kota-kota lain di Tanah Air.
Berada dan dikelilingi oleh pegunungan membuat Malang Raya cocok untuk tanaman apel. Ada Gunung Semeru (3.676 meter di atas permukaan laut/mdpl) dan Bromo (2.329 mdpl) di sisi timur; Arjuno-Welirang (3.339 mdpl) dan Anjasmoro (2.282 mdpl) di sisi barat laut; serta Panderman (2.045 mdpl), Kawi (2.551 mdpl), dan Kelud (1.731 mdpl) di sisi barat.
Dengan temperatur rata-rata 16-33 derajat celsius membuat daerah yang berada 90 kilometer di sisi selatan Surabaya itu telah lama menjadi salah satu tujuan wisata di Jawa Timur. Bahkan, Belanda dulu menjuluki Batu sebagai Swiss Kecil atau De Klein Switzerland karena alamnya yang memikat.
Berbicara soal apel, ternyata buah ini bukan tumbuhan endemic asli Malang. Apel merupakan buah impor yang masuk ke Malang hampir satu abad silam. Sejak saat itu apel dibudidayakan di Kabupaten Malang, Batu, dan Nongkojajar di Kabupaten Pasuruan yang wilayahnya masih bertetangga.
Sejumlah referensi menyebut apel masuk ke Malang pada tahun 1930-an. Menilik tulisan Suhariyono, peneliti Badan Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Kementerian Pertanian, tanaman apel masuk ke Indonesia dibawa oleh Belanda dari Australia. Saat itu Belanda mengembangkan apel di Nongkojajar.