Masyarakat berpenghasilan rendah harus menapaki jalan terjal demi memiliki rumah impian. Mereka hanya dapat menjangkau rumah murah yang jauh dari pusat kota. Sudah begitu, upaya mereka untuk mendapatkannya rentan terjerat pengembang bermasalah.

Mereka merugi karena rumah yang dibeli tak kunjung dibangun. Uang puluhan juta yang telah disetorkan kepada pengembang tak pernah kembali. Tim Investigasi Kompas selama September 2021 menelusuri sejumlah perumahan bermasalah di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang telah menyebabkan ribuan konsumen merugi.

Kisah para korban

Naas menimpa Leli (30), konsumen Perumahan Grand Madani Village (GMV) Bekasi. Awal 2020, Leli dan suami membeli rumah tipe 36/60 di GMV seharga Rp 266 juta. Namun, hingga kini rumah tersebut tak kunjung dibangun.

Leli dan suami merugi Rp 48,6 juta, untuk membayar biaya pemesanan Rp 1 juta, ditambah pemesanan rumah hook sebesar Rp 30 juta. Sebanyak Rp 17,6 juta lainnya digunakan untuk membayar cicilan uang muka.

”Kami membayar uang muka dengan cara dicicil. Totalnya Rp 30 juta. Tapi, pada bulan kedelapan, kami menghentikan cicilan karena suami merasa ada yang tidak beres,” kata Leli.

Masyarakat berpenghasilan rendah harus menapaki jalan terjal demi memiliki rumah impian.

Uang yang Leli dan suami gunakan adalah hasil tabungan mereka sejak menikah tahun 2018. Uang yang memang mereka siapkan untuk membeli rumah itu, kini tak jelas juntrungannya.

Keduanya sempat mengajukan pengembalian dana kepada pengembang. Alih-alih uang kembali, mereka kini kesulitan mencari keberadaan si pengembang. ”Ibaratnya kita kayak kehilangan jejak. Ke kantornya udah enggak ada orang sama sekali,” kata Leli.

hendricus arga
Perumahan Grand Madani Village di Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada pertengahan September 2021.