Jalur ”Manis” di Pesisir Utara Jawa Timur

Pembangunan jalur rel dan stasiun di suatu daerah memiliki latar belakang masing-masing. Di Jawa Timur, ide awal pembangunan berkaitan dengan pengangkutan hasil perkebunan dari pedalaman menuju pelabuhan atau pusat kota. Harapannya, kian memudahkan distribusi dan menggerakkan perekonomian daerah.

Rute pertama di Jawa Timur dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1875, yakni Surabaya-Pasuruan-Malang. Proyek ini dipimpin David Maarschalk, mantan kolonel yang ahli dalam bidang teknik perkeretaapian, seperti dijelaskan dalam buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid I (1997) karya Tim Telaga Bakti Nusantara. Maarschalk juga pernah menggarap pembuatan jalur rel di Pulau Jawa.

Pengerjaan jalur rel dibagi dua tahap, yakni jalur Surabaya-Pasuruan yang rampung 16 Mei 1878 dan jalur Pasuruan-Malang (20 Juli 1879). Peresmiannya dihadiri Gubernur Jenderal van Lansberge.

Rute pertama di Jawa Timur dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1875, yakni Surabaya-Pasuruan-Malang.

Pemilihan rute telah melalui perencanaan dan penghitungan secara matang, mulai dari biaya, kondisi medan, kebutuhan angkutan, hingga pendapatan yang mungkin diperoleh dari pembukaan jalur tersebut.

Berbagai komoditas ekspor, sejak dulu tumbuh subur di pedalaman wilayah Jawa Timur. Dikutip dari penelitian berjudul ”Modernisasi Transportasi di Pasuruan, 1895-1929” karya Siti Malikha dkk dan dimuat dalam jurnal kesejarahan Verleden tahun 2019, komoditas tebu dan kopi paling diminati oleh warga Pasuruan.

Pada tahun 1828, di Pasuruan terdapat 21 pabrik gula. Satu tahun kemudian jumlah pabrik telah bertambah menjadi 51 buah. Selanjutnya, pada tahun 1831, jumlahnya mencapai 91 unit sampai yang kecil-kecil milik pengusaha asal China dengan hasil produksi mencapai 29.513 pikul per tahun.

Pengusaha dari China berperan aktif dalam pertumbuhan baru tebu di wilayah tersebut sejak tahun 1830. Sebuah industri penggilingan tertua di Pasuruan dimiliki seorang bernama Han Kikko, seperti dikatakan Prof Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia (2005).

Sebelum jalur rel kereta dibangun, pengangkutan barang dilakukan melalui sejumlah sungai yang melintas di Pasuruan. Pada jalur darat, alat transportasi tradisional yang digunakan adalah gerobak dan pedati. Tentu membutuhkan waktu lebih lama jika pengangkutan dilakukan dengan gerobak dan pedati.