Katarsis SEA Games 2021

Cita-cita penyelenggaraan SEA Games semakin kehilangan arah dalam setiap pelaksanaannya. Langkah Indonesia yang mengirim mayoritas atlet muda pun bisa dibilang sebagai katarsis cita-cita tersebut.

Tabuh perhelatan pesta olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau SEA Games Vietnam 2021 kian nyaring terdengar. SEA Games Ke-31 itu menjadi istimewa karena merupakan yang pertama kali diselenggarakan di tengah pandemi Covid-19. Kungkungan pandemi juga yang mengakibatkan ajang dua tahunan itu tertunda dari akhir tahun lalu menjadi 12-23 Mei 2022.

Ini adalah kali kedua Vietnam bertindak sebagai tuan rumah. Sebelumnya, Vietnam pernah menjadi tuan rumah pada SEA Games 2003. Penundaan SEA Games mengecewakan Indonesia yang sudah mempersiapkan atlet-atletnya untuk berlaga. Indonesia menjadi tidak leluasa mengirim atlet sebanyak-banyaknya.

Sebab, penundaan SEA Games memengaruhi Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Komisi X DPR telah menyetujui pagu definitif Kemenpora Tahun Anggaran (TA) 2022 sejak September 2021. Fokus Kemenpora untuk TA 2022 adalah Asian Games 2022 Hangzhou, sehingga hampir semua anggaran telah tersedot untuk persiapan mengikuti Asian Games. Alhasil Indonesia harus membatasi kuota atlet, pelatih, hingga tenaga pendukung untuk diberangkatkan ke SEA Games.

”Anggaran pelatnas SEA Games ini tidak ada sama sekali. Perencanaan anggaran tahun ini ditetapkan sejak tahun lalu sebelum adanya penundaan SEA Games. Anggaran pelatnas tahun ini hanya fokus ke Asian Games,” ujar Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari, Maret 2022.

Keterbatasan anggaran mengakibatkan Indonesia hanya mengirimkan total 476 atlet dari 31 cabang olahraga. Jumlah atlet itu berkurang 43,4 persen dibandingkan SEA Games Filipina 2019. Saat itu, Indonesia mengirimkan 841 atlet dari 52 cabang olahraga.

Kali ini, pemilihan atlet dilakukan dengan sangat selektif oleh tim peninjau Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) yang sebagian besar diisi oleh akademisi dan pakar olahraga. Secara garis besar, pertimbangan yang digunakan dalam memilih atlet yang diberangkatkan ke SEA Games adalah dari data dan riwayat prestasi mereka.

Dengan begitu, boleh dikatakan SEA Games Vietnam kali ini merupakan yang paling efisien bagi Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia pun diperkirakan akan kesulitan mempertahankan prestasi seperti pada SEA Games Filipina. Di Filipina, Indonesia menempati peringkat keempat dengan raihan 72 emas, 84 perak, dan 111 perunggu.

Sebanyak 60 persen kontingen atlet Indonesia diisi oleh atlet-atlet muda. Sementara 40 persen sisanya merupakan atlet senior berpengalaman.

Pemerintah melalui Kemenpora hingga saat ini tidak pernah menyebutkan secara spesifik target jumlah medali di SEA Games. Sikap itu didasari karena Kemenpora dengan program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) hanya menempatkan SEA Games sebagai sasaran antara dan bukan tujuan utama pembinaan prestasi. Kemenpora melihat para atlet level pertama Indonesia seharusnya lebih memfokuskan diri untuk berprestasi di Asian Games dan Olimpiade. Sementara SEA Games bisa digunakan sebagai batu loncatan bagi atlet muda nan potensial untuk menapaki ajang multicabang yang lebih besar.