Ancaman Keberadaan Senjata Nuklir di Sekitar Indonesia

Pada tahun 1980-an di masa puncak Perang Dingin dengan ancaman perang nuklir di ujung tanduk, Presiden Indonesia Soeharto berhasil menegaskan posisi Indonesia dan ASEAN sebagai Zona Netral dan Bebas Nuklir (ZOPFAN: Zone of Peace Freedom and Neutrality).

Saat ini, Australia dan Amerika Serikat sepakat membangun kapal selam nuklir untuk Australia dengan alasan melindungi diri dari ancaman China. Fungsi kapal selam nuklir di AS adalah sebagai bagian dari triad nuklir, selain senjata nuklir yang berbasis di darat (ICBM) dan pengebom strategis.

Pembangunan arsenal nuklir tersebut ditentang sesama negara Persemakmuran Inggris, yakni Selandia Baru. Dalam sejarahnya, pelabuhan Auckland di Selandia Baru pernah menjadi tempat berlabuh kapal aktivis antinuklir Rainbow Warrior yang diledakkan oleh intelijen Perancis tanggal 10 Juli 1985.

Rainbow Warrior ditenggelamkan karena menentang uji coba nuklir Perancis di negeri jajahan di Atol Mururoa, Polinesia Perancis di Samudra Pasifik. Sebelumnya, Rainbow Warrior mengungsikan 300 penduduk atol Rongelap di Republik Kepulauan Marshall—bekas wilayah mandat Amerika Serikat—yang terdampak uji coba nuklir Amerika Serikat. Perairan Atol Rongelap hancur karena dampak radiasi nuklir.

AP Photo
Aktivis Green Peace, David McTaggart (kanan), bekas bintang bulu tangkis Vancouver (Kanada) dan Nigel Ingram (Inggris) yang berusaha menggagalkan percobaan nuklir Perancis di Mururoa, 1973. Pada 1985, kapal Rainbow Warrior milik Green Peace ditenggelamkan karena menentang uji coba nuklir.

Keberadaan senjata nuklir di sekitar Indonesia dan ASEAN adalah ancaman bagi perdamaian dan stabilitas serta pertumbuhan ekonomi di Blok ASEAN yang dalam data tahun 2022 memiliki lebih dari 684 juta penduduk (hampir separuh penduduk India dan China).

Padahal, situasi saat ini berbeda dengan masa Perang Dingin akhir tahun 1940-an hingga 1990, ketika terjadi konfrontasi senjata nuklir Uni Soviet dan Amerika Serikat dengan menempatkan persenjataan dan pangkalan militer di seluruh dunia.

Yang terjadi saat ini di tahun 2020 adalah China sedang sibuk mengembangkan kerja sama ekonomi di kawasan bersama ASEAN, Australia, dan Jepang-Korea melalui mekanisme RCEP yang diajukan Indonesia dan ASEAN sejak tahun 2013. Terlepas dari adanya klaim dan sengketa di Laut China Selatan, antara China dan beberapa negara ASEAN, pertumbuhan ekonomi kawasan lebih mengemuka dari pada konflik bersenjata.

Pengembangan kerja sama ekonomi China di ASEAN mendorong negara investor lain di kawasan untuk mengubah pendekatan. Semisal dari hanya menjadikan negara ASEAN sebagai sumber bahan mentah dan pasar dari produk ekspor negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan, kini hilirasi produk mentah mulai dilakukan di kawasan. Semisal industri nikel, yang selama lebih dari 50 tahun ketika penanaman modal asing mulai dibuka tahun 1967, hanya mengekspor bahan mentah.