Lada atau merica merupakan salah satu bahan andalan dalam berbagai masakan Nusantara dan dunia. Aroma dan rasanya yang khas menjadi daya pikat tersendiri. Selain memperkaya cita rasa masakan, lada juga bermanfaat bagi kesehatan. Siapa yang membutuhkan kehangatan? Lada bisa jadi jawabannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan lada sepertinya sudah menjadi bagian yang lumrah. Lada lazim hadir di meja makan, deretan toples bumbu di dapur, atau sudah menyatu dalam bumbu masakan. Sederhananya, cobalah singgah ke warung bakso. Pasti ada sebotol lada bubuk di atas meja. Saat dibuka tutup botolnya, aroma tajam langsung menyergap hidung. Hati-hati bisa bersin dibuatnya.
Ketika berkunjung ke warung kopi di Bangka Belitung, misalnya, lada menjadi taburan wajib pada telur setengah matang yang merupakan menu sarapan. Tak lengkap rasanya menyantap telur tanpa taburan lada, garam, dan kecap asin. Lada bagaikan penyedap rasa alami yang berpadu sempurna dengan protein hewani.
Tak hanya bentuk bubuknya yang istimewa, bagian buahnya pun bisa diolah sebagai bahan pangan. Pengalaman pertama menyantap buah lada terjadi pada perhelatan makan bertajuk ”Paon: Real Balinese Cooking” yang diadakan di resor Amandari di Desa Kedewatan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, 19-20 Mei 2023. Acara yang diadakakan oleh Teka Group, perusahaan yang bergerak di bidang perlengkapan alat dapur dan rumah tangga, menghadirkan Chef I Wayan Kresna Yasa yang mengangkat makanan tradisional khas Bali.
Chef Wayan membuat kreasi lawar mice, yakni terbuat dari buah lada muda/sahang yang berwarna kehijauan. Butiran mice bersembunyi di antara pepaya muda dan kacang panjang, tampak menyaru dengan warna hijau pada kacang panjang. Meski tak terlihat jelas, mice bisa dirasakan melalui palet lidah.
Lawar mice sangat cocok disantap dengan kondisi yang dingin dan sejuk seperti Ubud. Sensasi pedas ini diperoleh dari senyawa piperin yang termasuk dalam alkaloid utama di dalam buah lada. Begitu menggigitnya, kita bisa merasakan sensasi pedas yang menyengat dan hangat pada kerongkongan.
Di tingkat dunia, lada sudah dikenal luas sebagai bumbu masakan dan pengawetan makanan. Jejak keberadaannya sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu. Disebutkan dalam buku The Story of Food: An Illustrated History of Everything We Eat (2018), masyarakat India telah menggunakannya lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Bahkan, dalam Mahabharata yang ditulis pada abad ke-4 SM, lada hitam digunakan untuk bumbu daging. Dalam masakan Romawi, lada merupakan penyedap rasa yang sering digunakan.