Tanggal 1 Maret 1942, pasukan Jepang mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan (Indramayu), dan Kragan (Jawa Tengah). Pendaratan di Teluk Banten dipimpin langsung oleh Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, panglima tertinggi Angkatan Darat ke-16 Jepang.
Dalam pendaratan di Teluk Banten itu, kapal pengangkut militer itu juga membawa seniman nomor satu di Jepang, yang tergabung dalam rombongan Satuan Propaganda di bawah Sendenbu, dan seorang bernama Soedjono menjadi satu-satunya orang pribumi yang ikut pendaratan sebagai penerjemah bahasa.
Di tengah hujan peluru dan dentuman meriam dalam petempuran malam bercahaya api di langit yang mencekam, kartunis Saseo Ono masih sempat membuat sketsa suasana pertempuran dari atas geladak kapal.
Dalam pertempuran dramatis tak kurang dari satu jam itu, kapal penjelajah HMS Perth milik Australia, USS Houston kepunyaan Amerika, dan sebuah kapal pemburu Belanda tenggelam.
Sementara itu, sejumlah kapal Jepang juga tenggelam, antara lain Shinju “Ryujo“ Maru yang ditumpangi Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dan sejumlah pasukannya serta kapal kargo Sakura Maru.
Kapal Horai Maru yang ditumpangi Soedjono, yang terapit oleh dua kapal tadi berhasil merapat tanpa tersentuh sebutir peluru pun. Sedangkan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura selamat berenang ke pantai.
Salah satu kapal kargo armada yang hancur tenggelam, yang berisi atribut propaganda, tak terselamatkan.
“Ribuan bendera Merah Putih dan vinyl piringan hitam lagu “Indonesia Raya“ telah disiapkan dengan rapi, turut hancur tenggelam,” ujar Oscar Motuloh, kurator buku Jagung Berbunga di Antara Bedil dan Sakura.