Kisah Ternak Legendaris Jawa Barat yang Terus Menghidupi

Jawa Barat memiliki sejumlah hewan ternak yang nama dan potensinya kesohor hingga mancanegara. Dulu, sebagian pernah diselamatkan manusia, kini ribuan orang bergantung hidup padanya.

Jawa Barat punya sejumlah hewan ternak yang nama dan potensinya kesohor hingga mancanegara. Dulu, sebagian pernah diselamatkan manusia, kini ribuan orang bergantung hidup padanya. Namun, tanpa dukungan negara, potensinya rentan sia-sia.

Gurami soang (soang adalah angsa, dalam bahasa Sunda) adalah legenda Tasikmalaya. Ikan ini diklaim asli rawa-rawa sekitar Gunung Galunggung. Hal itu dikuatkan Surat Keputusan Bupati Tasikmalaya Nomor 522.4/189/1994, yang menetapkan gurami soang sebagai fauna khas Kabupaten Tasikmalaya. Gurami soang (Osphronemus goramy) adalah satu dari tujuh gurami yang dikembangbiakkan di Indonesia. Jenis lain adalah gurami jepang, bluesafir, paris, porselen, bastar, kapas, dan gurami batu.

Ukurannya ”raksasa”, bisa mencapai 12 kilogram per ekor. Meski besar, ikan yang cenderung abu-abu dan bersisik lebar ini dikenal berdaging kenyal. Tidak jarang, harganya bisa lebih dari Rp 30.000 per kilogram. Dengan segala keunggulannya, gurami ini dicintai sejak lama.

Kisah jaya tentang gurami pun tumbuh dari mulut ke mulut. Contohnya, muncul larangan memakan ikan ini untuk masyarakat pribumi miskin. Hanya orang Eropa dan pribumi ningrat yang boleh menyantapnya. Saat itu, gurami soang masih sulit didapatkan. Gurami itu sangat jarang diternakkan. Ikan ini masih harus dicari di rawa-rawa kaki Gunung Galunggung. Nama besarnya tetap terdengar saat Indonesia sudah merdeka. Mulai ditanam di kolam-kolam rakyat, pemiliknya justru berat hati memakannya begitu saja. Daging gurami sering kali dianggap lebih pantas diberikan kepada tamu besar. Jadi, apabila bertamu dan disuguhi gurami soang, bisa dipastikan kedatangan kita sangat dinantikan.

Akan tetapi, pilihan disimpan hingga benar-benar besar kerap dipilih pemiliknya. Semacam tabungan, gurami bakal memberi banyak uang jika dijual saat bobotnya besar. Uangnya bisa dibuat beragam keperluan, mulai dari sekolah hingga pergi naik haji. Oleh karena itu, tidak heran sebagian orang di daerah sentra gurami, seperti Padakembang dan Sukaratu, menyandang sebutan unik. Ada ”haji gurami” hingga ”sarjana gurami”.

Bahkan, ada juga ”tanah gurami” karena dibeli dari jual beli ikan ini. Gurami menjadi tumpuan hidup banyak orang, jadi penolong di waktu susah, teman di saat butuh ragam keperluan. Akan tetapi, jika tanpa campur tangan manusia, gurami soang mungkin tidak akan setenar sekarang. Simbiosis itu setidaknya bisa dilihat saat sebagian Tasikmalaya dikubur abu erupsi Galunggung tahun 1982-1983.

Ekspedisi Cincin Api Harian Kompas menyebutkan, JA Katili dan Adjat Sudrajat dalam bukunya, Galunggung the 1982-1983 Eruption, mengatakan erupsi menutup 600 kilometer persegi lahan dengan sebaran terbanyak di lereng sebelah tenggara. Material yang terlontar 370 juta meter kubik. Lebih dari 63.000 warga di 20 desa mengungsi. Saat itu, 1.321 hektar tambak ikan dan 1.816 hektar sawah di kaki Galunggung tertimbun material letusan. Saluran irigasi pun tak bisa dipakai lagi. Sentra gurami terkena dampaknya.