Ikhtiar Kota Lama
Memikat Dunia

Ikhtiar Kota Lama Memikat Dunia

Kawasan Kota Lama Semarang adalah distrik bersejarah yang menyimpan narasi panjang peradaban kota di jantung pesisir utara Pulau Jawa. Pemerintah, pegiat, dan ahli cagar budaya kini bergerilya merevitalisasinya agar bisa menjadi kota pusaka dunia yang diakui UNESCO.

Kota Semarang sedang mengincar takhta kota pusaka dunia yang akan diakui UNESCO pada tahun 2020. Pemerintah, pegiat, dan ahli cagar budaya kini bergerilya merevitalisasi kawasan Kota Lama sebagai ikon unggulan yang dipertaruhkan.

Kota Lama atau Oude Stad merupakan sebuah distrik bersejarah yang menyimpan narasi panjang dan peradaban sebuah kota perdagangan di jantung pesisir utara Pulau Jawa. Belanda mendesain Kota Lama itu pada abad ke-17 untuk mendukung perdagangan hasil bumi seperti karet, kopra, kapuk, dan aneka rempah.

Tiga tahun terakhir, revitalisasi mulai menggeliat. Makin banyak kafe dan ruang publik yang bermunculan di Kota Lama. Sejumlah bangunan kuno yang dulu terabaikan kini kembali dihidupkan.

Mengutip data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang, di Kota Lama seluas 40 hektar ini terdapat 245 bangunan. Itu termasuk 105 bangunan yang diduga cagar budaya. Dari 245 bangunan itu pun, hanya 130 bangunan yang diketahui status haknya, sedangkan 115 bangunan lainnya tidak diketahui status haknya.

Kota Lama sendiri meliputi Kecamatan Semarang Utara (Kelurahan Bandarharjo dan Kelurahan Tanjung Mas), Kecamatan Semarang Timur (Kelurahan Rejomulyo dan Kelurahan Kemijen), dan Semarang Tengah (Kelurahan Purwodinatan).

Ketua Badan Pengelola Pengelola Kawasan Kola Lama Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, pemerintah daerah berupaya keras agar Kota Lama ditetapkan sebagai situs warisan pusaka dunia Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada tahun 2020. Bak gayung bersambut, cita-cita itu mendapat sinyal positif dari Presiden Joko Widodo.

”Kota Lama masa depan akan dibagi dalam lima segmen aktivitas. Setiap sudut kawasan dipetakan sesuai jenis kegiatannya.

Melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pemerintah Kota Semarang kini mendapat sokongan dana senilai Rp 156 miliar. Dana dialokasikan untuk penataan Kota Lama meliputi pembangunan infrastruktur jalan, kolam retensi dan rumah pompa bundaran Bubakan dan Jembatan Berok, serta pemasangan furnitur jalanan.

Cetak biru penataan Kota Lama pernah pula dipublikasikan oleh Bappeda Kota Semarang. Menurut rencana, Kota Lama masa depan akan dibagi dalam lima segmen aktivitas. Setiap sudut kawasan dipetakan sesuai jenis kegiatannya, seperti budaya, rekreatif, perkantoran komersial, perkantoran dan perdagangan tradisional, serta perdagangan modern, pendidikan, dan perkantoran.

Penataan Kota Lama telah berlangsung sejak pertengahan tahun 2017 hingga sekarang. Beberapa sudut jalan ditutup karena pemasangan paving dan perbaikan drainase. Lampu-lampu jalan berdesain khas Eropa modern juga mulai dipasang sepanjang Jalan Letjen Suprapto. Seluruh proses pengerjaan terbagi dalam tiga zona wilayah dan ditargetkan selesai akhir tahun 2019.

Semarang Tua

Zona I meliputi Jalan Letjen Suprapto, Jalan Suari, Jalan Kepodang, Jalan Sendowo, dan Jalan Gelatik. Zona II meliputi Jalan Tawang, Jalan Merak, Jalan Garuda, Jalan Branjangan, Jalan Nuri, Jalan Cindrawasih, Jalan Cindrawasih I, Jalan Kedasih, Jalan Srigunting, dan Jalan Sleko. Adapun zona III meliputi kolam retensi Berok dan kolam retensi Bubakan.

”Ini (penataan Kota Lama) menjadi pekerjaan bersama pemerintah kota, provinsi, dan pusat,” kata Hevearita, yang akrab disapa Ita.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/6), menjadi salah satu tujuan wisata. Kota tua Semarang pada abad ke-18 adalah pusat perniagaan dikenal dengan "Little Netherland" mencakup wilayah seluas 31 hektar.

Caption

Jalur Gula Oei Tiong Ham

Kota perdagangan gula dunia pun diangkat sebagai tema warisan dunia Kota Lama Semarang. Pada masa kolonial Belanda, Kota Lama menjadi salah satu pusat perdagangan gula dunia yang dipelopori Oei Tiong Ham (1866-1924).

Oei Tiong Ham

Pria keturunan Tionghoa ini pendiri perusahaan multinasional pertama di Asia Tenggara sekaligus orang terkaya pada zamannya.

Menurut pegiat wisata Kota Lama, Yuliansyah Ariawan, Oei Tiong Ham ketika itu menempati lima bangunan di Kota Lama. Bangunan tersebut difungsikan untuk layanan perbankan, perdagangan mesin industri, dan perusahaan broker gula. Sejauh ini baru perusahaan broker gula yang direvitalisasi menjadi pusat kegiatan komunitas Monod Huis.

Jalur gula Oei Tiong Ham memang menjadi daya tarik wisatawan. BP2KL menggagas wisata sejarah dengan mengajak pengunjung datang ke sejumlah bangunan cagar budaya semasa kejayaan sang ”Raja Gula Asia”. Wisatawan diajak menyusuri sejumlah bangunan cagar budaya sambil menyimak cerita sejarah dari pemandu yang telah dilatih khusus dan bersertifikat dari Himpunan Pramuwisata Indonesia.

Wisata sejarah ini bisa menggunakan sepeda atau berjalan kaki dalam waktu 60-90 menit. Rute wisata dengan bersepeda dan jalan kaki berbeda. Perjalanan dengan rute sepeda lebih panjang. Untuk mencoba wisata sejarah ini, pengunjung membayar Rp 75.000 per orang paket sepeda dan Rp 50.000 per orang paket jalan kaki.

KOMPAS/Gregorius Magnus Finesso

Spiegel Bar & Bistro, salah satu bangunan kuno di Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, difungsikan lagi, setelah bertahun-tahun terbengkalai. Kota Lama yang dibangun sekitar abad ke-17 tengah didaftarkan sebagai warisan pusaka dunia UNESCO.

Bangunan cagar budaya yang akan dikunjungi wisatawan antara lain bekas bangunan Netherlandsche Indische Handelsbank, Soesman Kantoor, Cultuur Maatschappij, McNeill and Co, Borsumij, Marabunta, Der Spiegel, dan Taman Sri Gunting.

Selain wisatawan, tamu kenegaraan, seperti duta besar dan pejabat pemerintah negara tetangga juga tertarik menyusuri jalur gula Oei Tiong Ham ini.

Mengutip data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, jumlah wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Semarang meningkat dari 4.376.359 orang tahun 2015 menjadi 4.660.822 orang pada 2016. Adapun target kunjungan wisatawan sampai tahun 2019 berjumlah 6,1 juta orang dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 9,38 persen.

KOMPAS/P Raditya Mahendra Yasa

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengunjungi kawasan Kota Lama di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (22/11/2016). Dalam kunjungannya, Rutte melihat proyek penanganan banjir di Polder Banger dan kawasan Kota Lama yang merupakan peninggalan Belanda.

Walau wisatawan terus bertambah, tidak mudah menjadikan Kota Lama sebagai warisan dunia tahun 2020. Pemkot Semarang tak cukup hanya memperbaiki atau membangun infrastruktur Kota Lama. Syarat terpenting justru membuat Kota Lama berfungsi kembali sebagai ruang aktivitas masyarakat. Bangunan-bangunan kuno yang mati suri harus dihidupkan kembali.

Hingga Maret 2018, BP2KL masih menyusun dossier atau berkas nominasi Kota Lama untuk diserahkan ke UNESCO. Berbagai dokumen sejarah yang sekarang dimiliki Pemerintah Belanda harus dilampirkan dalam dossier. Dokumen sejarah utamanya terkait identitas 105 bangunan cagar budaya.

Untuk melengkapi dossier, BP2KL mengunjungi Museum Arsip Nasional di Belanda pada November 2017. Selain dari museum, dokumen asli diperoleh dari para kolektor sejarah. Seluruh berkas nominasi harus diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Perancis didampingi staf dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta perwakilan UNESCO Indonesia.

Dossier harus segera dilengkapi karena akan diserahkan ke UNESCO akhir tahun 2018,” ujar Ita.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Sejumlah gedung tua milik perorangan, perusahaan swasta, dan BUMN mulai dibenahi dan direnovasi di kawasan Kota Lama, Semarang, Kamis (3/11/2016). Perbaikan dan perawatan gedung di kawasan Kota Lama dilakukan untuk menjadikannya sebagai kawasan komersial serta pariwisata.

Caption

”Little Netherland” Tempo Dulu

Ditilik dari kerangka sejarah, Kota Lama sempat berjuluk ”Little Netherland”—karena dibangun menyerupai kota-kota modern di Belanda. Bangunan-bangunan yang ada berumur lebih dari dua abad. Gereja Blenduk, misalnya, merupakan bangunan tertua yang dibangun tahun 1753 zaman pendeta Johanennes Wihelmus Swemmelaar.

Belanda juga mendesain sebuah sistem pertahanan tiga dimensi yang dinamakan Fort de Vijfhoek van Semarang atau Benteng Bersudut Lima Semarang untuk melindungi Kota Lama dari serangan pribumi.

Gereja Blenduk

Bekas struktur Benteng Kota Lama itu ditemukan oleh tim penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta di Jalan Empu Tantular, Semarang, pada 18-27 Mei 2009.

Dalam ekskavasi di dua titik tersebut, tim peneliti menemukan bekas fondasi, sekitar 500 artefak perkakas rumah tangga, dan bekas tatanan batu bata. Hasil temuan mengindikasikan benteng dengan lima sisi itu pernah mengelilingi kawasan Kota Lama. Penggalian didasarkan pada garis imajiner (deliniasi) Benteng Kota Lama yang terdapat pada peta tahun 1800.

Buku Island of Java

Dalam buku Island of Java, John Joseph Stockdale menulis pada era kolonial di sekitar Jembatan Mberok, yang berdiri di atas Kali Semarang, penuh kapal pedagang dari Eropa, China, India, dan pulau lain di Nusantara.

Di Heeren Straat atau Jalan Toean-Toean Besar–kini Jalan Letjen Suprapto–berjejer gedung-gedung megah untuk pertokoan, perkantoran, tempat ibadah, dan rumah tinggal. Begitu juga di Hogendorp Straat–kini Jalan Kepodang–penuh gedung bertingkat yang difungsikan sebagai kantor perbankan dan perusahaan besar, seperti perusahaan milik raja gula Oei Tiong Ham.

Namun, semenjak penjajah angkat kaki, kemegahan kota yang dibangun dari hasil bumi melalui kerja paksa kaum pribumi itu pudar dan nyaris hilang dari ingatan.

KOMPAS/P Raditya Mahendra Yasa

Banyaknya acara festival seni budaya hingga kuliner mulai menghidupkan kawasan Kota Lama, Kota Semarang, Sabtu (19/9/2015). Upaya meramaikan kawasan Kota Lama yang dilakukan banyak komunitas ini menarik minat investor.

Kota Lama yang dulu pusat kegiatan perdagangan berubah suram. Sudut-sudut bangunan kuno beralih fungsi sebagai arena sabung ayam selama puluhan tahun. Di kala malam menjadi lokasi mangkal pekerja seks komersial dan warung minuman keras. Tak ada wisatawan yang mau datang, warga juga memilih menghindar termakan mitos mistis.

Berdasarkan catatan Kompas, upaya menghidupkan Kota Lama sudah bergulir sejak tahun 1993. Langkah revitalisasi dan konservasi kawasan ditangani CV Wiswakarma. Baru pada tahun 1996, rencana revitalisasi resmi dipublikasikan.

Sebanyak 11 wartawan dari sejumlah negara juga datang ke Kota Lama. Kunjungan dikoordinasi oleh UNDP (Badan Program Pembangunan PBB). (Kompas, 7/5/1996)

Sempat jalan di tempat, komitmen Pemkot Semarang untuk menyelamatkan Kota Lama pertama diwujudkan dalam Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan Kota Lama. Tindak lanjutnya dengan membentuk BP2KL.

KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Aneka jenis uang lama dijual di lapak pedagang barang antik di kawasan Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (24/9/2016). Ditempat ini juga banyak dijumpai barang-barang antik.

Untuk merangsang para pengusaha kembali ke Kota Lama, Pemkot Semarang membebaskan pajak hiburan dan restoran bagi pengusaha baru pada tahun 2005. Pembebasan pajak berlaku selama dua tahun. Selain itu, pemda juga memberikan keringanan bagi pemilik tanah dan bangunan di Kota Lama untuk membayar pajak bumi dan bangunan.

Napas harapan itu mulai terembus setidaknya tiga tahun terakhir. Satu demi satu bangunan tua mulai difungsikan lagi, di antaranya menjadi kafe, ruang pameran seni, hingga restoran.

Shita Devi Kusumastuti (29), satu di antara mereka. Dia dan keluarganya membeli sebuah bekas gudang, bangunan tahun 1895, yang kini dirombak menjadi Spiegel Bar & Bistro. Bangunan ini terletak di Jalan Letjen Suprapto, yang dulunya bernama Heeren Straat atau Jalan Toean-Toean Besar.

Shita akhirnya mendirikan restoran bernuansa Eropa kontemporer. Pada 2014, bangunan yang dibeli ratusan juta rupiah itu direnovasi dengan biaya Rp 3 miliar.

KOMPAS/P Raditya Mahendra Yasa

Pengunjung melihat karya dari seniman yang turut terlibat dalam Biennale Jateng di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Lama, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (1/11/2016).

Adapun Chris Darmawan, pengusaha seni, sejak 2008 membuka Semarang Gallery di Jalan Taman Srigunting. Ia membeli gedung yang dulunya kantor asuransi De Indische Lloyd itu seharga Rp 900 juta. Biaya restorasi mencapai Rp 2 miliar.

”Mungkin ada yang menyebut saya gila karena memindahkan galeri ke tempat yang saat itu sepi. Namun, saya yakin karya seni yang hebat harus dipamerkan di tempat yang hebat. Di sini, galeri saya akan menjadi salah satu penanda peradaban di Semarang,” ujar Chris sedikit berfilosofi. (Kompas, 24/7/2016)

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Pedagang makanan melintas di Kawasan Kota Lama, Kota Semarang yang masih tergenang air sisa banjir, Selasa (18/5/2010). Kawasan Kota Lama yang banyak bangunan kuno dan bersejarah itu menjadi salah satu potret buruknya sistem drainase.

Caption

Ancaman Banjir

Terlepas dari nilai historisnya, kawasan Kota Lama Semarang rentan terdampak bencana banjir dan penurunan muka tanah. Catatan Kompas, ketinggian banjir bisa mencapai 1,5 meter pada tahun 2001.

Meski telah dipasang sistem polder dengan tujuh pompa berkekuatan 2.500 liter per detik, Kota Lama masih tergenang 50-100 sentimeter pada tahun 2014.

Ketua Tim Riset Strategi Pengurangan Risiko Bencana Kota Lama dari Unika Soegijapranata, Semarang, Tyas Susanti mengatakan, kondisi serupa berpotensi kembali terjadi meski pemerintah telah membangun tanggul dan memasang pompa air. Ancaman banjir akibat limpasan air laut atau rob terus mengintai selama penurunan muka tanah terjadi.

Menurut penelitian, penurunan muka tanah di bagian utara Kota Semarang berkisar 4-8 cm setiap tahun. Penyebabnya antara lain beban bangunan terlalu berat, pengambilan air tanah yang berlebih, dan berkurangnya hutan mangrove. Ancaman makin nyata karena beberapa daerah yang berjarak 2-3 kilometer dari bibir pantai kerap tergenang rob, seperti di Tambaklorok dan Kemijen.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Salah satu sudut Kota Lama Semarang yang tergenang air akibat hujan deras, Senin (5/11/2007). Pengembangan Kota Lama menjadi salah satu kawasan wisata di Kota Semarang dinilai akan sia-sia jika pemerintah tidak memperhatikan perbaikan sarana penunjang seperti mengatasi banjir setiap turun hujan.

Pada Februari 2018, Pemkot Semarang bersama UNESCO dan sejumlah peneliti menyusun strategi pengurangan risiko bencana di kawasan cagar budaya Kota Lama. Kepala Unit Kebudayaan UNESCO Moe Chiba menuturkan, strategi pengurangan risiko bencana ini mengacu pada Sendai Framework for Disaster Risk Reduction tahun 2015-2030.

”Penyusunan strategi penting agar biaya restorasi pascabencana tidak membengkak,” ujar Moe. UNESCO memilih tiga kawasan sebagai percontohan penyusunan strategi, yakni Kota Lama Semarang, George Town dan Malaka, serta Levuka Historical Port Fiji.

Selain faktor alam, kebakaran dan kerusakan juga mengancam bangunan kuno di Kota Lama. Sebagian Gedung Marabunta, misalnya, dilalap api akibat konsleting listrik pada tahun 2016. Kejadian terbaru pada Desember 2017, bekas menara syahbandar di Kota Lama roboh karena bangunan tak terurus. Reruntuhan bangunan menimpa satu orang wanita hingga tewas.

KOMPAS/P Raditya Mahendra Yasa

Banjir menggenangi Kawasan Kota Lama, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (4/2/2012). Rumah pompa dan polder yang dibangun untuk mengendalikan banjir tidak mampu menampung luapan air yang sempat menggenangi sejumlah fasilitas publik seperti stasiun dan rumah sakit.

Dari 245 bangunan di Kota Lama, sedikitnya ada 14 bangunan yang kini tinggal cerita, seperti ambruknya menara di bangunan eks Cultuur Maatschappij der Vorstenlanden (perusahaan bidang perkebunan dan pertanian di zaman belanda). Kantor De Locomotief, koran terkemuka zaman dulu, juga tertutupi semak belukar.

Di balik jalan terjal menuju tahta kota pusaka dunia, Kota Lama Semarang tetap memiliki daya pikat. Kalau Anda tidak percaya, silakan mampir sejenak untuk menghirup masa lalu yang pernah gemilang di kota itu.

Revitalisasi di Kota Lama juga harus didukung. Dengan cara apa? Dengan menyemarakkan kehidupan di sana dan secara perlahan menjadikannya tetap sebagai pusat ekonomi. Ingat, ketika Kota Lama makin semarak, maka pariwisata pun tumbuh. Dan, akhirnya Semarang yang secara umum akan mendapatkan manfaatnya!

Menjelajah Kota Lama
Semarang

Klik untuk menjelajah
Kota Lama
Tutup jelajah
Kota Lama

Kerabat Kerja

Penulis: Karina Isna Irawan, Gregorius M Finesso | Videografer: Eddy Hasby, Lucky Pransisk | Fotografer: Lucky Pransiska, P Raditya Mahendra Yasa, Gregorius M Finesso, Heru Sri Kumoro | Infografik: Andri Reno Susetyo, F Wessi Barma, Kartika Yunianto, Wahyu Andrie P | penyelaras bahasa: Hibar Himawan | Desainer & Pengembang: Deny Ramanda, Vandi Vicario | Video Editor: Antonius Sunardi | Ilustrator: Novan Nugrahadi | Produser: Haryo Damardono, Prasetyo Eko Prihananto

Suka dengan tulisan yang Anda baca?

Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.