Kuliner di Masa Ancaman Kelaparan dan Perang

Beragam kuliner Nusantara sejak lama dikenal menjadi teman setia di kala susah. Mulai dari menjadi kawan saat membabat hutan demi infrastruktur raksasa, sendirian membuka perkebunan di pegunungan terpencil, hingga sahabat saat hidup diancam perang.

Penyajiannya pun bermacam-macam. Dimakan langsung tanpa diolah, cukup digoreng, hingga dibumbui banyak rempah-rempah. Dari yang tidak butuh waktu lama hingga harus menunggu tiga bulan sebelum siap makan. Dipengaruhi budaya China, Eropa, hingga India, semua kini menjadi bagian kuliner Nusantara.

Kisah perantau asal China pada awal tahun 1800-an menjadi salah satu gambaran fenomena itu. Dikenal sebagai tenaga kerja ahli dan ulet, mereka datang untuk membangun Jalan Pos, salah satu infrastruktur legendaris negeri ini. Penggagasnya, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, butuh proyek ini rampung cepat. Jalan sepanjang sekitar 1.000 kilometer itu diproyeksikan mencegah pengiriman logistik dan lalu lintas manusia. Fungsi lainnya melindungi diri dari serangan Inggris. Proyek ini berjalan kurun waktu 1808-1811.

Kompas/Rony Ariyanto Nugroho
Pagi Hari di Jalur Daendels – Suasana tenang dan asri dengan pepohonan yang masih rindang di Desa Mandalawangi, Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (17/5/2011). Jalan desa ini merupakan bagian dari Jalan Raya Pos yang dibangun oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda ke 36, Herman Willem Daendels, pada tahun 1808. Jalur tersebut hingga kini masih dipenuhi pepohonan seperti Asem, Kenari, dan Katapang, yang merupakan pepohonan asli penghijauan yang dilakukan Pemerintah Hindia Belanda.

Di tengah keterbatasan itu, sebagian pekerja asal China berhasil bertahan hidup lebih lama. Mereka punya senjata rahasia yang idenya berasal dari tanah asalnya. Sejarawan Universitas Padjadjaran, Nina Lubis, mengatakan, salah satu makanan andalan pekerja adalah moci. Versi lain menyebut makanan berbahan dasar beras ketan ini dari Jepang yang biasa disajikan dalam pesta tahun baru. Dibuat dengan cara dikukus dengan isian berupa kacang, makanan ini mudah dibuat dan tinggi kalori.

Selain itu, ada juga cakwe berbahan tepung beras, ragi, dan air. Digoreng, makanan ini diperkirakan bisa dibuat dengan waktu singkat, tetapi mampu bertahan lebih lama. Uniknya, di China, cakwe dikenal sebagai makanan rakyat. Makanan ini dikenal dengan sebutan hantu goreng, untuk mengkritik jalannya pemerintahan pada abad ke-12.

Beras, bahan pembuat moci dan cakwe, sejatinya bukan hal sulit saat itu. Sejak abad ke-17, sawah sudah ada di Priangan. Dibawa dari Mataram ke Karawang. Kawasan itu pernah menjadi lumbung pangan saat pasukan Mataram menyerbu Batavia. Sekitar seabad kemudian, sawah mulai berkembang ke daerah lain di tanah Sunda, mulai dari Sumedang hingga ke Bandung hingga Bogor. Kini, ratusan tahun kemudian, keduanya tetap menjaga kehidupan orang di Nusantara. Moci kini dikenal sebagai makanan khas Sukabumi, Jabar. Cakwe bahkan lebih masif. Keberadaannya merambah di seluruh negeri. Dari dijual di kaki lima, topping bubur ayam, hingga berbalut coklat hingga keju di kafe populer.

Kompas/Priyombodo
Tauco basah dan tauco kering Cap Meong buatan Nyonya Tasma di Jalan Gunung Lanjung kilometer 5, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (30/9/2014).