Penguasa lautan adalah penguasa dunia. Demikian tercatat dalam sejarah umat manusia selama 500 tahun terakhir, sejak 1500 hingga 2000 Masehi. Pada periode ini, bangsa Eropa menjelajahi lautan mencari komoditas utama dunia, yakni rempah-rempah asal Nusantara.
Semula, rempah-rempah diperdagangkan pelaut Tiongkok, Arab, dan India dengan para pelaut dan pedagang Nusantara. Aneka rempah tersebut kemudian dijual pedagang Arab kepada pedagang Eropa di Genoa dan Venesia. Ini berlangsung pada abad pertengahan.
Kekayaan hasil perdagangan rempah tecermin lewat kemakmuran kota Venesia sebagaimana ditulis William Shakespeare dalam Merchant of Venice atau Saudagar Venesia. Venesia dan Genoa menjadi pusat keuangan dunia pada abad pertengahan hasil berdagang rempah, selain dari perdagangan budak dan garam di kawasan Laut Mediterania dengan Kesultanan Turki Usmani.
Jack Turner dalam majalah triwulan Smithsonian Journeys edisi November 2015 menulis ”Rempah yang Membangun Kejayaan Venesia” sejak tahun 1173, dengan sosok Romano Mairano, yakni saudagar yang bangkit dari kebangkrutan setelah berhasil berdagang rempah.
Kota Venesia maju pesat sebagai pusat perdagangan rempah setelah membeli komoditas tersebut dari para pedagang Muslim di Iskandariyah (Aleksandria), Mesir, yang masa itu dikuasai Sultan Salahudin Al Ayubi. Jejak sejarah tersebut tertinggal di Ruga dei Spezieri atau Jalan Pedagang Rempah di kota Venesia yang kini menjadi pusat wisatawan.
Konvoi kapal-kapal pedagang Venesia yang dikawal prajurit bersenjata berlayar dari Venesia ke Aleksandria guna membeli rempah. Rata-rata, setiap konvoi membawa kembali 300 ton rempah.
Jahe dari Tiongkok, cengkeh dan pala dari Maluku, lada dan kemenyan dari Sumatera, lada dari India, serta kayu manis dari Sri Lanka adalah sebagian rempah yang menjadi komoditas berharga dunia pada 1100-1800 Masehi.