Makan Sehat Bersama Legum

Sejak lama, legum atau kacang-kacangan telah menjadi bahan konsumsi terutama bagi mereka yang menerapkan pola makan nabati (plant based diet). Legum merupakan sumber protein nabati yang menyehatkan. Seiring waktu, sejumlah studi membuktikan bahwa diet dengan memperbanyak konsumsi makanan nabati berdampak baik bagi pencernaan.

Dalam laporan forum nirlaba yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan yang berfokus pada transformasi sistem pangan global (EAT), sejumlah ahli berpendapat tentang pentingnya pergeseran pola makan yang ramah lingkungan atau the planetary health diet menuju tahun 2050.

Misalnya, pola makan fleksitarian atau lebih banyak mengonsumsi produk nabati dan hanya sesekali menyantap produk hewani. Dalam satu piring, proporsi sayur dan protein nabati lebih banyak dibandingkan sumber protein hewani.

Prof Walter Willett dari Harvard T H Chan School of Public Health merekomendasikan, porsi buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, atau legum harus dua kali lipat dari biasanya. Sementara porsi konsumsi daging merah dan gula harus dipangkas hingga 50 persen dari asupan sehari-hari.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Steik tuna dengan saus kacang merah dan bawang bombai yang ditumis cepat. Bagi mereka yang hendak menerapkan pola makan sehat dengan pangan nabati, perlu mengurangi konsumsi daging merah dan gula dan menggantikannya dengan konsumsi sayur, buah, dan kacang-kacangan.

”Pola makan yang kaya makanan nabati dan seminimal mungkin sumber hewani dapat meningkatkan kesehatan dan manfaat lingkungan,” tulisnya dalam laporan tersebut.

Penerapan pola makan ini bisa mengurangi emisi global dan menyelamatkan jutaan orang setiap tahun dari berbagai penyakit. Berdasarkan analisis mereka, the planetary health diet dapat mencegah 11 juta orang kematian per tahun.

Senada dengan hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Asosiasi Jantung Amerika (AHA) pada tahun 2019, mereka yang mengonsumsi lebih banyak makanan nabati, seperti buah, sayuran, kacang-kacangan, umbi, dan biji-bijian, berisiko rendah terkena penyakit jantung dibandingkan mereka yang mengonsumsi produk hewani.

Pola makan nabati bukan sekadar bahan yang dimasukkan ke dalam tubuh, melainkan berkaitan juga dengan dampak lingkungan. Hasil studi berjudul The Impacts of Dietary Change on Greenhouse Gas Emissions, Land Use, Water Use, and Health: A Systematic Review (2016) menunjukkan, penerapan pola makan nabati bisa mengurangi emisi gas rumah kaca berkisar 70-80 persen dan penggunaan air hingga 50 persen.