Manggis Wanayasa, Ratu Buah yang Ingin Kembali Bertakhta

Magis buah manggis wanayasa asal Purwakarta kembali diuji. Setelah tidur lama saat pandemi, lewat sejumlah pembenahan, kini ratu buah-buahan ini ingin kembali menghidupi.

Manggis wanayasa asal Purwakarta sudah lama jadi idola. Tidak hanya pasar lokal, konsumen luar negeri pun antre untuk memilikinya. Namun, masih dibutuhkan kerja keras untuk mempertahankan keunggulan ini dari sejumlah persaingan yang belakangan muncul dengan cepat. Seperti banyak produk unggulan lainnya, tahun ini termasuk yang terberat bagi manggis (Garcinia mangostana L) asal Wanayasa. Panen raya bersamaan dengan ancaman pandemi Covid-19. Stok banyak, tetapi tak punya daya mengirimkannya ke konsumen, khususnya luar negeri.

Pandemi menyurutkan ekspor manggis. Sejumlah negara, terutama China, menutup keran impor. Punya rupa tidak buruk, tetapi cenderung mengeras saat busuk, manggis dipandang tepat menjadi persembahan bagi nenek moyang hingga buah tangan saat Imlek. Hal itu sempat jadi pelipur lara bagi masyarakat setempat. Maklum, biasa diekspor, tidak semua orang tahu rasa manggis lokal yang disebut sebagai ”ratu” buah-buahan.

Bertajuk Festival Manggis 2020, ada 2 ton manggis yang disediakan. Digelar 14 Maret 2020, geger pandemi belum terlalu terasa. Warga Desa Mekarjaya, Kecamatan Kiarapedes, Esem (45), jadi salah seorang yang bahagia. Dia gigih memasukkan manggis yang disediakan panitia ke dalam kantong plastik. Setelah terisi penuh, dia berjalan menjauhi etalase kayu itu dan membagikan manggis kepada teman-temannya.

”Maaf, memalukan ya tingkah saya (membungkus banyak manggis ke plastik). Kapan lagi bisa makan manggis enak dan segar kayak gini, gratis pula,” kata Esem sambil tertawa.

Sorot matanya yang tajam itu hanya fokus pada manggis-manggis di depannya. Telapak tangannya bagaikan alat pengukur yang menyeleksi ukuran manggis terbaik versi dirinya. ”Nah, manggis yang segini nih mantap, puas makannya,” ucapnya. Ia jarang menikmati manggis berukuran besar dan memiliki rasa manis asam yang menyegarkan. Sebagai buruh tani, Esem harus menyisihkan setidaknya Rp 30.000 per kilogram untuk membeli langsung dari petani.

Lidah Esem tidak bohong. Saking istimewanya, karakteristik manggis wanayasa bahkan tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 571/Kpts/SR.120/9/2006. Keunggulannya antara lain berukuran relatif besar dengan diameter 4,5-5,5 sentimeter dan bobot 90-110 gram per buah. Daging buah rasanya manis segar serta memiliki warna kulit buah merah keunguan.  Selain ukuran buah, yang membedakan manggis wanayasa dengan tempat lainnya adalah daya simpannya yang mencapai 28 hari. Tak heran jika buah ini menjadi unggulan ekspor karena memiliki ketahanan hampir satu bulan.

Jalan panjang