Mashuri Ferdiansyah (25) memiliki mimpi yang tak muluk. Ia bekerja di kapal ikan asing agar dapat memperbaiki perekonomian keluarganya. Namun, harapan tersebut justru berujung pada realitas yang nyaris membawanya pada kematian.
Pada 12 April 2020 silam, Mashuri bersama ketiga rekannya sesama anak buah kapal terombang-ambing di lautan selama 12 jam setelah memutuskan melompat dari kapal ikan Fu Yuan Yu 1218 di tengah Selat Malaka. Mereka hanya mengapung di atas tumpukan styrofoam yang diikat berukuran 2 x 2 meter.
Selama terombang-ambing di lautan, keempat ABK ini hanya merebahkan diri di atas styrofoam karena tak kuasa menahan mual. Mashuri bahkan terus-menerus muntah meski memaksa menelan bakpao yang dibawa. Dalam kondisi lemah dan perut kosong, mereka hanya berharap dapat ditemukan oleh kapal yang melintas.
Satu-satunya peluang selamat yang bisa diharapkan Mashuri adalah ditemukan oleh kapal. Sebab, posisi mereka kala itu memang semakin menjauhi daratan.
Setelah sempat dua kali diabaikan oleh kapal yang melintas, harapan mereka kembali hidup. Sebuah kapal pengangkut batu bara melintas tepat di hadapan mereka. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Mashuri melambai-lambaikan karung warna merah dan putih sambil berteriak minta tolong.
Kru kapal bergegas melemparkan tali. Namun, jaraknya masih terlalu jauh dari jangkauan mereka. Tanpa pikir panjang, Mashuri langsung berenang sejauh 100 meter untuk menggapai tali tersebut dan membawanya ke styrofoam. Tali ditarik, keempat ABK tersebut akhirnya dinaikkan ke atas kapal.
Dari situ, mereka kemudian dijemput oleh polisi laut Malaysia dan dibawa ke Batu Pahat, Malaysia. Polisi lalu menghubungi pihak KBRI Indonesia di Kuala Lumpur untuk menjemput mereka. Tak lama kemudian mereka dipulangkan ke Tanah Air.