Memahami Karakter Erupsi Gunung Merapi

Setelah statusnya naik menjadi Siaga, muncul banyak pertanyaan mengenai kemungkinan erupsi Gunung Merapi ke depan. Apakah Merapi akan erupsi dalam waktu dekat? Lalu, bagaimana karakter erupsi Merapi ke depan?

Setelah hampir dua setengah tahun berstatus Waspada (Level II), Gunung Merapi akhirnya dinaikkan statusnya menjadi Siaga (Level III) pada Kamis (5/11/2020). Setelah kenaikan status itu, muncul banyak pertanyaan mengenai kemungkinan karakter erupsi Merapi ke depan. Apakah erupsi Merapi ke depan akan bersifat eksplosif atau efusif?

Untuk memahami karakter erupsi Gunung Merapi, kita perlu membaca kembali sejarah erupsi gunung api yang berlokasi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu. Hal ini karena Merapi merupakan gunung api yang sangat aktif sehingga banyak mengalami erupsi.

Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sejak tahun 1768 sudah tercatat lebih dari 80 kali letusan atau erupsi di Merapi. Dengan sejarah panjang itu, erupsi Merapi tidak selalu memiliki karakter yang sama. Bahkan, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut adanya lima tipe erupsi yang pernah terjadi di gunung api setinggi 2.968 meter di atas permukaan laut itu.

”Dari catatan erupsi yang pernah terjadi pada tahun 1768 sampai dengan 2014, setidaknya ada lima tipe erupsi yang pernah terjadi di Gunung Merapi,” kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso dalam webinar bertema ”Menerjemahkan Data Merapi”, Selasa (27/10/2020).

Agus menjelaskan, tipe erupsi pertama adalah erupsi freatik yang terjadi karena tekanan uap air di tubuh gunung api. Erupsi freatik berbeda dengan erupsi magmatik yang terjadi karena keluarnya magma dari dalam tubuh gunung api. Oleh karena itu, erupsi freatik biasanya hanya mengeluarkan hujan abu, pasir, atau kerikil. Dalam kurun 1768-2014, erupsi freatik setidaknya pernah terjadi 19 kali di Merapi.

Tipe erupsi kedua yang pernah terjadi di Merapi adalah erupsi vulkanian, yakni erupsi eksplosif yang terjadi tanpa pertumbuhan kubah lava. Agus menuturkan, erupsi vulkanian memiliki kekuatan menengah, yakni dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) 2. VEI merupakan ukuran dari kekuatan letusan gunung api. Di Merapi, erupsi terbesar memiliki VEI 4. Selama 1768-2014, Merapi baru mengalami erupsi vulkanian sebanyak empat kali.

ARSIP BPPTKG
Beberapa tipe eurpsi yang pernah terjadi di Gunung Merapi. Data bersumber dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

Tipe ketiga adalah erupsi yang disebut dengan erupsi tipe Merapi. Tipe erupsi ini memang mengadopsi nama Gunung Merapi karena erupsi tersebut menjadi salah satu ciri khas Merapi. Dalam erupsi tipe Merapi, magma dari dalam tubuh gunung api keluar secara efusif atau tanpa disertai ledakan, lalu membentuk kubah lava.