Sedang Mempersiapkan Perjalanan Anda
Gunakan klik kiri pada icon ini untuk memunculkan informasi Gedung
Tap pada icon ini untuk memunculkan informasi Gedung
Gunakan tombol scroll untuk memperbesar dan memperkecil Gedung
Gunakan 2 jari untuk memperbesar dan memperkecil Gedung
Tahan klik kiri dan geser mouse untuk memutar tampilan Gedung
Tap serta geser untuk memutar tampilan Gedung
Arena latihan (training facility) menjadi ikon baru di kawasan Gelora Bung Karno. Arena yang didirikan di lahan bekas GOR Bulu Tangkis Asia Afrika itu dibangun delapan tingkat, dengan desain yang futuristik. Gedung ini setidaknya bakal memiliki 6 lapangan basket, 6 lapangan voli, dan 18 lapangan bulu tangkis.
Desain arsitektur yang futuristik pada arena latihan ini tampak dari fasad atau sisi luar bangunan, yang dibuat seperti lipatan-lipatan berbahan pelat aluminium. Arsitek Adjie Negara yang merancang arena latihan ini mengatakan, pola lipatan-lipatan itu terinspirasi dari model sejumlah struktur arena di GBK.
Fasilitas latihan untuk Asian Games 2018 di gedung ini berada di lantai 2, lantai 5, dan lantai 8. Ketinggian ruangan pada ketiga lantai itu bervariasi, yakni 9 meter untuk memberi ruang pergerakan kok ataupun bola basket, serta 12 meter untuk ruang pergerakan bola voli.
Keberadaan lapangan di beberapa lantai itu menghadirkan tantangan tersendiri dalam merancang konstruksinya mengingat kolom penyangga harus dibuat di pinggir lapangan dengan bentang bagian atas hingga 22 meter. Penggunaan rangka baja menjadi solusi untuk mengatasi tantangan itu.
Tantangan lainnya adalah merancang sistem penyejuk ruangan agar sirkulasi anginnya tidak mengganggu pergerakan kok. Pencahayaannya juga dirancang agar tidak menyilaukan pemain.
Fasilitas pendukung di arena latihan ini antara lain ruang ganti pemain, ruang kesehatan, arena pemanasan atlet, dan ruang kantor. Ada pula arena multifungsi yang antara lain bisa digunakan untuk latihan ataupun pertandingan senam, olahraga bela diri, dan anggar.
Pembangunan arena latihan ini menelan biaya Rp 154 miliar, dengan target pembangunan selesai Desember 2017.
Renovasi lapangan hoki mampu menghadirkan suasana yang segar di GBK. Keberadaan dua lapangan hoki yang baru direnovasi itu cukup menonjol jika dilihat dari udara. Perpaduan warna biru tua dan biru muda dari rumput sintetis lapangan ”kembar” ini kontras dengan warna hijau di sekitarnya.
Rumput sintetis berkualitas itu didatangkan dari Australia. Rumput bertekstur halus tersebut dapat mengurangi risiko cedera pemain. Pemasangan rumput tidak mudah karena harus memperhitungkan sistem drainase yang tepat.
Lapangan hoki GBK memiliki dua bangunan untuk tribune penonton, masing-masing berkapasitas sekitar 350 orang. Kedua bangunan itu juga dilengkapi dengan ruang ganti pemain, ruang medis, dan toilet.
Pemimpin proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk paket AG-4, Anggoro Putro, mengatakan, lapangan hoki A telah selesai dibangun dan mendapat sertifikasi dari Federasi Hoki Internasional (FIH). Sementara lapangan hoki B masih dalam tahap pembangunan dan baru mencapai 45 persen.
”Lapangan hoki A tingkatannya global, sedangkan lapangan hoki B tingkatannya sedikit lebih tinggi, yakni global elite. Targetnya, lapangan hoki B selesai pada Desember,” ujar Anggoro.
Lapangan hoki ini ditunjang dengan pencahayaan berkekuatan 1.500 lux sehingga dimungkinkan untuk digelar laga pada malam hari.
Renovasi lapangan panahan dan lapangan hoki menghadirkan warna baru bagi kawasan GBK, khususnya perwajahan di sisi utara. Kedua lapangan ini hadir menjadi ikon di sisi Jalan Gerbang Pemuda dengan mengusung desain minimalis, tetapi sarat fungsi dan tetap berkelas.
Lapangan panahan yang baru ini hadir dengan spesifikasi yang memadai karena memiliki 20 line dan dapat menampung 20 kontingen dalam satu waktu pertandingan. Lapangan dengan luas 15.750 meter persegi ini dilengkapi dengan tribune penonton berkapasitas 256 orang.
Proyek renovasi lapangan panahan menjadi satu paket dengan lapangan hoki dan lapangan sepak bola A, B, C. Nilai kontrak paket proyek dengan kode AG-4 ini mencapai Rp 96 miliar.
Saat mendesain renovasi lapangan, arsitek Dedy Wahyudi dihadapkan pada tantangan berupa keterbatasan pagu dana yang dalam perencanaannya telanjur dipatok untuk perbaikan saja, tetapi dalam perkembangannya ternyata harus mencukupi untuk membangun baru. Ini berarti bangunan penunjang yang sebelumnya sudah ada harus dibongkar dan dibangun baru.
Dalam situasi seperti itu, diputuskan untuk mendesain lapangan yang fokus pada kegiatan pertandingan. Tidak mengherankan jika desain bangunannya menjadi minimalis, tetapi ruang yang tersedia secara keseluruhan tetap fungsional dan mengakomodasi kebutuhan, seperti ruang bagi kontingen, juri dan ofisial, serta peliputan media.
Hanya, keberadaan ruang bagi kontingen dan perangkat pertandingan pada ajang besar nantinya disediakan secara temporer menggunakan tenda.
Bangunan penunjang di lapangan panahan ini dirancang dua lantai, dilengkapi ruang medis dan pengujian doping serta toilet dan ruang ganti pemain. Kesan minimalis terasa dari desain sebagian ruang yang menggunakan konsep beton ekspose yang sengaja tidak dilapisi cat.
Lapangan panahan ini menggunakan rumput jenis Zoysia japonica yang relatif tahan dari gangguan gulma. Lapangan ini juga memiliki drainase yang cukup baik.
Keberadaan gedung basket di kompleks GBK juga tidak lepas dari renovasi untuk persiapan Asian Games 2018. Gedung yang dibangun saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962 itu termasuk salah satu bangunan cagar budaya.
Menurut arsitek yang mendesain renovasi stadion basket, Bambang Wicaksono, gedung basket adalah satu-satunya peninggalan Asian Games 1962 yang didesain oleh orang Indonesia. “Bangunannya semi permanen jadi agak terbuka, yang menonjol di sini struktur kolom-kolom dan bentuk atapnya,” kata Bambang.
Pimpinan proyek (Pimpro) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kiagoos Egie Ismali, menjelaskan, arena basket ini termasuk ke dalam bangunan cagar budaya yang bentuk aslinya harus dipertahankan. Keunikan dari lapangan basket ini yaitu terlihat dari atap segitiganya yang menyerupai salah satu bentuk dari atap temu gelang Stadion Utama GBK.
“Jika kita perhatikan arena-arena di GBK memiliki kesamaan langgam dengan atap Stadion Utama. Dan untuk bangunan cagar budaya, bentuk aslinya akan kami pertahankan,” kata Egie.
Arena basket juga mengalami perubahan alas lapangan. Alas arena sebelumnya menggunakan kayu yang dianjurkan oleh Federasi Bola Basket Asia (FIBA). Fungsi dari penggunaan alas kayu ini adalah untuk meminimalisir atlet yang cedera ketika terjatuh di lapangan.
“Selain itu, untuk dulunya di arena basket ini sangat minim ruangan penunjang. Oleh sebab itu kami membangun lagi beberapa ruangan penunjang dengan hati-hati, karena ini merupakan cagar budaya,” kata Egie.
Kapsitas lapangan basket ini mampu menampung sebanyak 2.920 penonton. Kursi-kursi yang ada nantinya menggunakan kursi tunggal (single seat).
Manager Arena Asian Games Basket 5 on 5 dari Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Riska Natalia mengatakan, untuk area lapangan sudah sesuai dengan standar internasional. “Sudah sesuai standar karena garis lapangan tidak boleh terlalu dekat dengan tribun,” tutur Riska.
Riska mengatakan, karena ini merupakan cagar budaya, ruangan-ruangan yang ada memang kurang dari kebutuhan yang ideal. “Ruangan-ruangan pendukungnya masih kurang, nantinya mungkin akan kami pasang tenda-tenda tambahan untuk memenuhi kebutuhan ruang tersebut,” kata Riska.
Lapangan bisbol merupakan arena baru yang hadir di kompleks GBK. Lapangan untuk arena pertandingan pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018 tersebut dibangun di lahan bekas lapangan tenis.
Posisinya bersebelahan dengan lapangan tenis indoor dan outdoor centercourt. Lapangan bisbol ini menjadi satu-satunya di Indonesia yang mendapat sertifikat dari Federasi Bisbol Asia.
Dulunya, di samping dua stadion tenis GBK, terdapat 18 lapangan tenis. Dalam proyek renovasi kawasan olahraga tersebut, lapangan-lapangan itu dihilangkan dan diganti dengan lapangan bisbol dan sofbol ini.
Ketua Umum PB Perserikatan Bisbol dan Sofbol Seluruh Indonesia (Perbasasi) Andika Manoarfa mengaku puas dengan pembangunan lapangan bisbol dan renovasi lapangan sofbol di GBK. Menurut dia, kesiapan kedua arena memang perlu diperhatikan betul mengingat animo olahraga ini di Asia cukup besar.
”Sejumlah negara menyiapkan siaran langsung pertandingan bisbol di Asian Games ini,” katanya.
Lapangan bisbol dan sofbol, seperti juga Stadion Madya dan gedung basket, menghadirkan pesona baru di sisi sebelah barat di kompleks GBK. Arena yang dibangun dengan standar internasional ini bakal menjadi magnet bagi pengunjung dan mendukung prestasi olahraga.
Renovasi Stadion Madya, lapangan bisbol dan sofbol, serta gedung basket menghadirkan pesona baru di sisi sebelah barat kompleks GBK. Arena yang dibangun dengan standar internasional ini diharapkan mampu menjadi magnet bagi pengunjung dan mendukung prestasi olahraga.
Pada Asian Games 2018, pertandingan atletik digelar di Stadion Utama. Sementara Stadion Madya menjadi tempat uji coba kejuaraan dan latihan atlet yang berlaga di ajang itu.
Arsitek Maria Rosantina bersama Bambang Wicaksono memberikan sentuhan terbaiknya untuk menghadirkan renovasi stadion atletik berstandar internasional kelas II di Stadion Madya.
”Konsepnya ingin mengembalikan ke desain awal, tetapi juga mengadaptasi konsep baru dengan membuat semacam konektor untuk tribune di sisi barat dan timur serta penambahan atap yang menaungi tribune barat dan timur,” kata Maria.
Stadion Madya dibangun pada 1961. Pada era 1980-an, stadion ini direnovasi dan ditambah sejumlah fasilitas pendukung, seperti ruang VVIP dan asrama atlet. Keberadaan asrama atlet itu dihilangkan kali ini agar desainnya kembali ke awal.
Untuk penambahan konektor dan atap tribune, dirancang struktur penopang baru yang tidak mengganggu struktur lama mengingat bangunan ini merupakan cagar budaya. Selanjutnya tribune ditata ulang dengan kursi tunggal berkapasitas hingga 8.000 orang. Sejumlah ruangan penunjang juga disiapkan, dari ruang ganti pemain, ruang medis, dan antidoping.
Sejak awal dibangun, Gelora Bung Karno memiliki komposisi tata letak arena yang cukup unik. Layaknya sebuah kerajaan, Stadion Utama ibaratnya raja yang dikawal oleh dua punggawa di sisi timur, yakni gedung Istana Olahraga dan stadion renang (akuatik). Saat kawasan ini bersolek untuk menyambut Asian Games 2018, dua punggawa ini pun tak luput dari sentuhan modernisasi.
Arsitek Boy Bhirawa, yang mendesain ”wajah baru” Istana Olahraga (Istora), memahami betul karakter konstruktivisme yang diusung gedung yang desain awalnya dari Rusia itu. Sama seperti Stadion Utama, gedung ini memiliki pendekatan yang menonjolkan struktur bangunan.
”Semua struktur (bangunan) ditampilkan apa adanya. Kecantikannya bukan dari ornamenisasi, melainkan dari sisi strukturnya,” kata Boy.
Tidak mengherankan jika desain wajah baru Istora tetap mempertahankan kesan klasik yang ditonjolkan dari struktur bangunan itu, baik struktur yang menopang bangunan maupun bentang besar yang membentuk atap seperti lipatan-lipatan.
Pada saat yang sama, sentuhan yang elegan dihadirkan lewat modernisasi tata bangku tunggal dan pengaturan akses keluar masuk arena. Dengan pengaturan bangku itu, kapasitas Istora yang semula 10.000 penonton berkurang menjadi sekitar 9.500 penonton.
Modernisasi dihadirkan juga lewat penataan cahaya dan pendingin ruangan yang memperhitungkan penggunaan gedung yang lebih banyak untuk arena bulu tangkis itu.
Penataan ulang cahaya ini harus fleksibel mengikuti kebutuhan jumlah lapangan bulu tangkis yang menggelar pertandingan. Pencahayaan juga harus mendukung sistem kamera yang memungkinkan untuk menangkap dan menyimulasikan pergerakan kok saat pemain meminta challenge.
Sementara untuk pengaturan suhu ruangan, arah dan kekuatan angin yang diembuskan dari mesin penyejuk ruangan juga diperhitungkan agar tidak mengganggu arah kok.
Penataan di gedung Istora juga mengakomodasi kebutuhan ruang ganti pemain, ruang untuk pemanasan pemain, serta ruang medis dan tes doping. Tersedia pula studio broadcast modern yang berguna untuk peliputan di arena dan ruangan media center.
Kesan elegan juga dihadirkan lewat fasilitas pendukung yang dibangun ”di luar” bangunan utama Istora. Bangunan tambahan tersebut dilengkapi gerai cendera mata, kafe, ruang VVIP bagi presiden, dan ruang kantor pengelola.
Yang juga unik, desain bangunan tambahan itu terasa menyatu dengan bangunan utama. Bangunan ini dibuat akses yang sudut kemiringannya memungkinkan dilalui oleh difabel.
Renovasi yang dihadirkan di stadion akuatik membuat bangunan ini tampak lebih besar dan kokoh. Perubahan yang cukup menonjol dan unik hadir melalui penambahan atap yang membentuk gelombang air.
Stadion renang yang sebelumnya memiliki atap terbuka itu kini ditambah atap tertutup. Hal ini dilakukan untuk menjaga suhu air kolam agar bisa memenuhi standar FINA, yakni maksmimal 26 derajat celsius.
Untuk merancang atap baru di stadion akuatik itu bukan perkara mudah mengingat bangunan ini termasuk cagar budaya. Arsitek Andra Matin yang merancang wajah baru stadion akuatik sengaja membuat tiang-tiang baru untuk menyangga atap itu agar tidak menyentuh konstruksi tribune utama.
Tantangan terbesar justru saat harus membuat bentangan atap yang cukup panjang, yakni sekitar 200 x 100 meter. Dan sekali lagi, konstruksi baru itu tidak boleh menyentuh konstruksi bangunan lama.
”Dengan penambahan baru pada atap itu, Istora yang tadinya, kalau dilihat itu, lebih besar daripada stadion akuatik, sekarang ini justru stadion akuatik yang tampak lebih besar,” kata Andra.
Desain atap yang dirancang Andra berbentuk gelombang air. Atap ini memiliki lima lipatan dengan ukuran bervariasi dan memiliki bagian rata seperti air yang tenang.
”Ekspresi ini adalah ekspresi seperti air beriak, yang tadinya tenang lalu bergelombang,” kata Andra.
Perubahan yang juga mencolok terlihat pada penambahan tribune penonton pada kolam polo air. Konstruksi tribune baru itu disesuaikan dengan tribune lama. Bangku penonton yang semula panjang dan menyatu diganti menjadi bangku tunggal (single seat). Dengan penambahan tribune penonton itu, kapasitas penonton juga bertambah dua kali lipat, dari 4.000 penonton menjadi sekitar 8.000 penonton.
Untuk memenuhi standar FINA, kolam untuk perlombaan renang dibuat 10 line. Meski demikian, yang difungsikan saat lomba hanya delapan line sehingga ada masing-masing satu line di pinggir kolam yang dibiarkan kosong. Hal ini dimaksudkan agar perenang yang berlomba di line paling pinggir tidak terganggu oleh bias gelombang air.
Kolam loncat indah juga mengalami perubahan. Jumlah menara yang semula ada enam bertambah menjadi delapan.
Sama seperti penataan di arena yang lain, stadion akuatik juga dirancang memiliki tata cahaya yang ideal untuk perlombaan pada malam hari dan untuk standar broadcast. Stadion ini juga dilengkapi tata suara yang modern dan papan skor digital.
Stadion akuatik ini juga dilengkapi sarana pendukung, seperti kolam pemanasan, ruang ganti pemain, ruang kebugaran, ruang VIP, dan area komersial untuk pendanaan arena.
Renovasi dua stadion tenis di GBK menghadirkan karakter yang berbeda. Renovasi stadion tenis outdoor centercourt (terbuka) lebih menonjolkan keaslian desain awal, sedangkan stadion indoor (tertutup) menjadi lebih megah, tetapi tetap menyatu dengan alam di sekitarnya.
Stadion tenis outdoor GBK termasuk cagar budaya yang dibangun pada 1962. Arsitektur stadion outdoor ini selaras dengan arena lain di GBK yang menonjolkan struktur bangunan. Praktis, renovasi yang dilakukan di arena ini harus memerhatikan masukan dari Tim Sidang Pemugaran dan Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta.
Sementara renovasi pada stadion tenis indoor relatif lebih leluasa karena tidak termasuk cagar budaya. Perubahan yang cukup signifikan bisa dilakukan di stadion ini, termasuk perubahan total bentuk bangunan.
Saat merancang desain renovasi stadion tenis, arsitek Adi Purnomo menghadapi tantangan berupa ruang lingkup obyek yang direnovasi itu betul-betul sebatas dua bangunan itu, yakni stadion tenis outdooryang di dalamnya terdapat dua lapangan serta stadion tenis indooryang memiliki satu lapangan.
Sebelum direnovasi, di samping dua stadion tenis itu terdapat 18 lapangan tenis. Namun, dalam perkembangannya, lapangan-lapangan itu dihilangkan dan diganti dengan lapangan bisbol untuk Asian Games 2018.
”Yang kami lakukan hanya mengubah zona dan memanfaatkan ruang yang ada, kemudian menambahkan beberapa fasilitas yang diperlukan. Jadi, sewaktu-waktu bangunan ini bisa difungsikan dan disewakan untuk mendukung kawasan di situ,” kata Adi Purnomo, menjelaskan caranya menyiasati tantangan tersebut.
Perubahan yang mencolok pada stadion tenis outdoor tampak pada penataan ruang VIP, ruang ganti pemain, toilet, ruang kantor, ruang kesehatan, dan tempat parkir. Tribune penonton dibuat lebih nyaman dengan kursi tunggal (single seat), dengan kapasitas total hingga 5.000 penonton. Selain itu, sistem drainase, tata cahaya, dan tata suara juga diperbaiki. Khususnya tata cahaya di stadion ini, penggunaan lampu metal halide digantikan dengan lampu LED dengan total daya 64.000 watt.
Perubahan signifikan di stadion indoor tampak dengan adanya fasad atau sisi luar bangunan yang dilapisi pelat logam yang berlubang (expanded metal) dan membentuk lekukan. Adi sengaja merancang fasad seperti itu untuk menyamarkan keberadaan bangunan stadion indoor itu sehingga membuatnya lebih menyatu dengan alam di sekitarnya.
Stadion indoor memiliki tribune penonton dengan kursi tunggal berkapasitas 3.300 penonton. Stadion ini juga dilengkapi sistem pendingin ruangan, tata cahaya, dan tata suara berstandar internasional.
Arena tenis di stadion indoor sedikit berbeda dengan arena di stadion outdoor. Di stadion indoor, lantai arena menggunakan bahan berlapis karet yang empuk fleksibel. Sementara stadion outdoor menggunakan lantai aspal berlapis akrilik.
Stadion Utama yang menjadi jantung dari kawasan Gelora Bung Karno (GBK) tidak luput dari renovasi yang menghadirkan ”wajah baru” kompleks olahraga ini. Renovasi stadion yang dibangun 1962 itu tidak semata mempercantik tampilan fisik, tetapi juga untuk menghadirkan ”peradaban baru”.
Peradaban baru dihadirkan lewat penataan zonasi yang lebih rapi dan mengikuti standar FIFA. Penataan itu meliputi zona untuk penonton, atlet, media center, area publik, serta fasilitas pendukung, seperti pelayanan tiket. Aspek keamanan, seperti antisipasi kebakaran, jalur evakuasi, serta pencegahan terhadap serangan teroris, dirancang sesuai standar internasional.
Arsitek perancang ”wajah baru” Stadion Utama, Gregorius Supie Yolodi, mengakui, tantangan mendesain renovasi stadion ini sangat kompleks mengingat stadion ini merupakan cagar budaya. Stadion yang dibangun pada era Presiden Soekarno itu memiliki karakter konstruktivisme dimana struktur bangunan menjadi elemen penting dari arsitektur.
Karakter itu berbeda dengan lazimnya gedung-gedung saat ini, yakni struktur bangunan dibungkus dengan elemen arsitektur. Dengan mempertahankan karakter itu, sejumlah modernisasi dihadirkan di Stadion Utama yang merupakan kembaran dari Stadion Luzhniki di Moskwa itu.
Pencahayaan stadion mencapai 3.000 lux dan tata suara dibuat lebih baik. Kursi penonton diatur layaknya kursi di gedung bioskop yang masing-masing mempunyai nomor. Penataan kursi dibuat detail dengan warna merah, putih, dan abu-abu, menghadirkan ilusi bendera Merah Putih yang sedang berkibar.
”Semua stadion nasional biasanya memiliki national colours. Jadi, memang dicari warna yang bisa memenuhi itu, dan terpilih warna bendera merah putih pada kursi penonton,” kata Supie.
Sistem keamanan di stadion ini dilengkapi CCTV 7K yang tersebar di sejumlah area. Kamera pemantau ini mengadopsi teknologi deteksi wajah, bantuan Jepang senilai 4 juta dollar AS (Rp 53,5 miliar). Sistem ini bisa merekam dan mendeteksi aktivitas penonton serta dapat mencocokkan dengan teroris yang ada di basis data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
Peradaban baru juga dihadirkan lewat sistem tiket elektronik dan pemesanan (booking) penggunaan stadion secara daring. Rumput lapangan jenis Zoysia matrella, yang merupakan kelas 1 standar FIFA itu, dilengkapi penutup (grass cover). Dengan demikian, stadion dengan luas lantai dasar hampir 50.000 meter persegi ini bisa multifungsi, salah satunya untuk konser musik.
Teralis besi yang selama ini menempel pada bangunan stadion dihilangkan. Sebagai gantinya, dibuat kanal dengan delapan akses menuju Stadion Utama. Akses itu dilengkapi gerbang yang hanya difungsikan saat ada pertandingan atau pergelaran lain yang membutuhkan pemeriksaan tiket di lingkaran terluar.
Renovasi juga mempertimbangkan faktor ramah lingkungan dan efisiensi energi. Salah satunya dengan penempatan 1.293 panel surya di atap bangunan yang mampu menghasilkan listrik sekitar 450 kilowatt.
Selain digunakan untuk laga sepak bola pada Asian Games 2018, stadion ini juga akan digunakan untuk arena atletik. Karena itu, stadion ini juga dilengkapi trek atletik yang berstandar internasional.
Penulis
C Wahyu Haryo P
Editor
Prasetyo Eko Prihananto
C Wahyu Haryo P
Penyelaras Bahasa
Yohanes Adi Wiyanto
Animator
Parlindungan Siregar
Infografik
Ismawadi
Pandu Lazuardy Patriari
3D Modeling
Ismawadi
Deny Ramanda
Desainer & Pengembang
Deny Ramanda
Vandi Vicario
Produser
Pandu Lazuardy Patriari
Prasetyo Eko Prihananto