Terkadang rasa khawatir, cemas, dan takut yang muncul dapat mengganggu konsentrasi seseorang. Jika demikian, meditasi mungkin menjadi pilihan yang jitu untuk menjinakkan pikiran.
Dalam prosesnya, kita diajak untuk lebih intens mendengarkan dan mengenal diri lebih dalam. Kalau dilakukan secara rutin, mungkin saja kita berjumpa dengan ketenangan dan kedamaian.
Pikiran dianggap memiliki daya magis dalam mengontrol sesuatu. Mereka yang berangkat tidur dengan membawa banyak ”isi kepala” berpotensi susah tidur karena kepikiran sepanjang malam.
Dalam bahasa pergaulan, hal demikian dijuluki overthinking. Jika diurai lebih jauh, pikiran yang berkecamuk itu tak semestinya dilawan atau ditantang balik, tetapi dicoba untuk menerimanya.
Ini mengingatkan pada sebuah nasihat tentang mengontrol pikiran sebelum tidur. Begini kalimatnya, ”Silakan istirahatkan pikiranmu dulu, baru badanmu. Kamu bisa tidur dengan damai dan tenang saat pikiranmu juga tenang.” Katanya, meditasi dapat membantu pikiran dan tubuh menjadi lebih rileks.
J Donald Walters dalam buku Meditation for Starters (2001) menyebutkan, ketenangan dan kedamaian dapat ditemukan ketika kita mau mendengarkan diri sendiri.
Menurut dia, penting untuk mendengarkan dan menyimak pikiran kita apa adanya. Sebab, tindakan melawan dan memaksakan segala pikiran yang muncul justru membuat diri menjadi lebih gelisah dan cemas.
Untuk menemukan ketenangan, Walters menyarankan agar kita memulai latihan meditasi. Ia mendefinisikan meditasi sebagai latihan untuk mencapai kesadaran suprasadar (superconscious awareness), yang merepresentasikan tingkat kesadaran jauh lebih tinggi.